Skip to main content

Book: The Midnight Library

It is one of the books that blown my mind. It's very well written and would probably relate with a lot of people who are in their journey to find themselves.  So many people are talking about it but I did not buy it until a few months ago where I read the preview on the first pages. Easy for me to see if I want to buy the book or not. When the first pages hook me right away, I don't need to think twice. This book is one of them.  This contains spoiler of course.  Nora, the main character, like many of us, fall into depression and decided to kill herself. But she's not dead right away. She went into a kind of limbo between life and death. In that library she met a librarian, this librarian is a kind of a guide. Our guide that probably tasked when we were born.    The librarian shows her lives that she could have had if she wants to. She is so depressed and thinks that no life will makes her happy enough to live it. I can totally understand her state. I was there....

Klik itu penting

Memilih kos selalu gampang-gampang susah bagi saya. Kenapa? Karena harus benar-benar sreg dan pas di hati. Sebagus apapun kosnya tapi kalau tidak sreg ya nggak bakal saya ambil. Kos di Malang misalnya, mendapatkan rekomendasi dari seorang kakak kelas yang tinggal disana. Jika dilihat secara umum dari depan, kos ini bukanlah kos yang wah dan bagus. Hanya saja ketika saya masuk kedala rumah, hawa dingin menyeruak. Sepanas apapun diluar, rumah ini selalu terasa dingin. Dan pertama kali masuk, hati  langsung klik walaupun kamar tidak terlalu besar *dan menurut keluargaku sih kamar itu kurang layak*. Tapi karena hati sudah klik, jadinya ya seneng2 aja. Nyaman kok. Itu penting. Dan yang paling penting ibu kosnya buaekkkkk banget. Jarang marah sama saya hehehe. Dan terbukti, stay disana selama 6 tahun sampai akhirnya meninggalkan kota tercinta.

Pindah ke Surabaya, hal pertama yang bikin malas adalah mencari kos baru. Tidak ada rekomendasi dari manapun dan harus mempertimbangkan lokasi dekat kantor. Akhirnya ada rekomendasi yang datang dari seorang teman tetangga. Ketika di cek, baru pertama kali masuk sudah nggak ada rasa sreg. Dan ketika naik keatas, ada kecoak mati di salah satu anak tangganya. Ahh ini sudah jadi satu alasan batal ngekos disini.

Ketika masuk kedalam ruangan kos, kos itu terasa pengap seperti ruangan tak memiliki jendela dan ventilasi. Ok, sudah dapat 2 alasan yang menggagalkan. Begitu masuk melihat kamarnya, ukuran 2,5x2,5, ada kamar mandi dalam, meja belajar, lemari, tempat tidur single, dan kamar mandinya jorok. Tentunya super pengap. Seminggu disini nggak jamin deh bisa terhindar dari sakit asma. Yup, alasan ketiga yg menggagalkan. Berbicara dengan ibu kosnya, dia terkesan jahat dan jutek. Ok fine! Sudah lebih dari cukup saya mendapat alasan untuk menolak kos ini.

Papa mama sudah putus asa karena mencari kesana kemari tidak ada kos yang available yg cocok dengan hati. Ntah mengapa waktu itu saya mengatakan “Coba lewat jalan itu, lebih deket, kali aja ada kos”. Kedua orangtua tidak terlalu optimis. Tapi ntah mengapa saya sangat optimis. Dan berhentilah kita didepan warung karena mama turun dan menanyakan kos sekitar sana. Saya yang didalam mobil menoleh ke kanan dan melihat tulisan “Room for rent”. Happy bukan kepalang. Langsung lapor ke papa kalau ada kos dirumah itu. Mama kembali dan mengatakan hal yang sama.

Kami turun dan menemui empunya. Ternyata kos sedang terisi semuanya. Dan baru ada yg keluar tanggal 3, sedangkan saya harus masuk kos tanggal 31. Nahh akhirnya sampai merayu2 agar dipinjami ruangan dirumah utama sampai tanggal 3. Ada satu kamar kosong tapi katanya sudah di booking dihari yang sama saat saya harus pindah. Bapaknya berkata “kalau nanti tidak ada konfirmasi, Prisca bisa pakai kamar itu”.

Benar-benar merayu karena memang ketika gerbang dibuka, saya masuk dan klik dihati serta “ok, aku harus kos disini”. akhirnya setelah didiskusikan dengan si empunya, saya bisa masuk. Dan ternyata yg booking cancel, dan akhirnya saya bisa masuk ke kamar saya sendiri.

Rumahnya besar sekali. Pertama masuk sudah merasa masuk rumah lawasku yang dulu. Rumah ala-ala bangunan lama kolonial. Hati klik dari pertama kali masuk, padahal bellum melihat kamarnya. Halaman sangat luasssss sekali, ada bebek-bebeknya, ad ataman kecilnya, tempatnya nggak panas sama sekali karena masih ada angin segar yang masuk, yang paling penting nggak pengap.

Kamar ber-AC, ada kipas, tempat tidur springbed yang queen size, ada meja belajar, lemari besar, meja rias, hanya saja kamar mandi diluar pas disamping kamar. No problem. karena saya paling males bersih2 kamar mandi. Jadi lebih baik seperti itu. Dan yang penting lagi lainnya adalah yang punya baekkkkkkk banget. Senyumnya itu menenangkan. Terlebih lagi saya merasa terlindungi karena yang kos disana banyak bapak-bapak yang berasal dari Malang. serasa benar-benar dijodohkan dengan kos ini. Dan belakangan kusadari jika dari 8 kamar, hanya saya satu-satunya wanita. Yg wanita lainnya sudah bersuami dan tinggal dengan suami dikamar sebelah *berarti bukan satu2nya wanita ya.. sebut saja satu2nya perawan*.

Jadi kesimpulannya, pilihlah sesuatu dengan hati. Penalaran secara fisik memang penting, tapi jangan lupakan apa kata hati yang seringkali diabaikan. Seperti saya yang selalu menilai dari hati terlebih dahulu. Karena rasa klik dihati itu tidak bisa membohongi. Sama seperti memilih pendamping hidup, harus klik hehee... *helm aja harus bunyi klik biar aman, ya nggak??*

Saya dan kos saya saat ini merasa menyatu, ntah mengapa. Rasa klik itu penting bagi saya. Dan saya tidak berencana untuk mencari kos baru. Sepertinya ini akan menjadi kos yang agak lama seperti kos yang ada di Malang.

Dan baru kuketahui jika kakek buyut si empunya adalah seorang Belanda,sama seperti kakek buyut saya. Rupanya ini yang membuat saya feel homey di kos Surabaya ini.

Comments

Popular posts from this blog

Pengalaman Bikin (Free) Schengen Visa di VFS Swiss

I know this is so normal but anyway I like to compare the experiences because people might have different cases and because I have nothing to lose so... here's my experience for applying Schengen Visa via Swiss (VFS). Kenapa nggak via Belanda? Karena rencana kita berkunjung lamanya ke Geneve - Swiss (ada urusan kerjaan suami gw) dan kami belum tau akan ke Belanda apa nggak saat itu (nggak jadi sih soalnya mepet banget).  Seperti yang sudah sering dibahas orang lain perihal syarat dan ketentuan apply Schengen visa, gw nggak akan nulis itu ya. Udah ada di website VFS, lengkap. Gw cuma tambahin dikit-dikit aja infonya yang mungkin sama seperti kasus yang baca kalo emang kebetulan sama sih 😂 "Ok jadi total pembayarannya 280 ribu rupiah ya" "HAH?? Cuma 200an mbak??? Visanya gratis???" "Suaminya masih WN Belanda kan mbak?" "Iya" "Oiya itu gratis, bisa pake visa tipe C. Jadi cuma bayar biaya admin aja" ...

Not A Robot

  There are so many things I did recently. It was all started since February. Not to complain about this, I just want to write it to release the stress. Because I know every choices has its own risks. Started from January, I commits to work on another blog of mine. Joining with another friend, we are committed to post at least one writing every week with different theme each week. This is still under construction *ahem, ini bukan bangunan* to make it good to read at. I will publish it here once it is ready to be published. We both are trying to be consistent. So far, I have been consistent and always post one every week. After decided to get married, I realize that it won't be that easy. No matter what, marrying someone never be easy. About the preparation and this and that. To be honest, I will not having a big feast for that. I will invite my close friends and family, although I still have to respect what my parents want to invite the neighbors (one block neighbors are tota...

[Book] Dunia Cecilia

'apakah kalian membicarakan hal semacam itu di surga?' 'tapi kami berusaha tidak membicarakannya dekat-dekat Tuhan. ia sangat sensitif terhadap kritik' Yap, sepenggal dialog antara Cecilia dan malaikat Ariel. Saya mengenal Jostein Gaarder sejak kuliah. Ehhhh 'mengenal' dalam artian kenal bukunya ya, kalo bisa kenal pribadi mah bisa seneng jingkrak-jingkrak hehehe. Jadi karena teman saya mendapat tugas kuliah membaca satu novel filsafat berjudul Dunia Sophie, saya jadi sedikit mengetahui si bapak Gaarder ini. Enak ya tugasnya anak sastra baca novel, tugas anak matematika ya baca sih, tapi pembuktian kalkulus -_- Dunia Cecilia ini buku pertama Jostein Gaarder yang saya baca, karena buku Dunia Shopie sangatlah berat berdasar review teman saya. Saya sih nggak perlu baca buku itu karena teman saya sudah benar-benar mahir bercerita. Jadilah saya sudah paham bener cerita Dunia Sophie tanpa membacanya. Novel ini atas rekomendasi teman saya, dia bilang kala...