Skip to main content

Book: The Midnight Library

It is one of the books that blown my mind. It's very well written and would probably relate with a lot of people who are in their journey to find themselves.  So many people are talking about it but I did not buy it until a few months ago where I read the preview on the first pages. Easy for me to see if I want to buy the book or not. When the first pages hook me right away, I don't need to think twice. This book is one of them.  This contains spoiler of course.  Nora, the main character, like many of us, fall into depression and decided to kill herself. But she's not dead right away. She went into a kind of limbo between life and death. In that library she met a librarian, this librarian is a kind of a guide. Our guide that probably tasked when we were born.    The librarian shows her lives that she could have had if she wants to. She is so depressed and thinks that no life will makes her happy enough to live it. I can totally understand her state. I was there....

Mall di kota besar

Kenapa banyak mall di kota besar sebut saja Jakarta atau Surabaya??
Itu yang jadi pertanyaan selama ini *pertanyaanku at least*.

Jadi menurut kacamata yg saya pakai, kenapa kota besar yg panas banyak mol-nya? Karena kalo panas2, jalan2 yg paling enak ya ke mol lah. Udah adem, mau beli apa aja ada, cuman satu yg bikin sedih sih --> dompet merana.

Keberadaan mall besar di kota2 yg ada di Indonesia pada akhirnya membuat masyarakat jd konsumtif, meskipun saya dan teman2 sering sih menghabiskan waktu di mall hanya demi nggosip dan ngeteh racek yg harganya cuman 5ribu pas jaman kuliah *thanks to Matos our favorit mall*. tapi bener lho, dikit2 ngemol, jam kosong kuliah ngemol, pulang kuliah ngemol, kapan aja ngemol, hidup ngemol. Konsumtif karena seringkali mengeruk budget yg tidak semestinya. Contoh : mau beli sepatu dg budget 150rb di Matahari, ternyta yg ketarik dari dompet sebanyak 300ribu *yg 150ribu kepake beli daleman*. Atau soal pengen beli satu tapi harganya 150ribh, nah kalo beli dua harganya 250ribu dapet bonus satu biji lagi. SIAPA YANG KUASA MENOLAK TAWARAN INI?? Nah kan nafsu. Belom lagi kalo capek, pengennya makan. Okelah kalo pengen makan aja bisa kok abis 20ribu di food court. Tapi kalo ngeliat coffee shop dan tergoda cobain greentea latte-nya itu yg hmmm *karena greentea latte di vendor2 beken harganya selalu diatas 30ribu*. Belom lagi nih kalo ternyata ada kebutuhan dadakan macam beli celana kerja (yg sampe sekarangpun belom kebeli gara2 budgetnya dipake lainnya yg insidental banget). Anggap ini adalah budget anak kos lho ya yg serba limit, sebut saja cukup untuk hidup dan nabung di saat godaan dari mall yg cantik dan susah nolaknya.

Dalam satu mall biasanya ada banyak vendor yg bertengger dg cantiknya yg menggoda dompet kita, lebih tepatnya isi dompet sih. Nah kalo buat saya, agak cerewet sih, kalo beli daleman maunya cuman di Matahari Matos. Padahal di Matahari Pasar Besar juga ada daleman dg harga dan model yg sama. Nah kan cerewet ya. Trus kalo belanja maunya cuman di hypermart Matos, padahal hypermart di Surabaya juga seabrek lho. Cerewet emang. Ada lagi yg mending ke Bakers King MX daripada yg MOG. Dan juga lebih suka Coffee Box di MOG daripada yg di MX. Dasar cerewet dan pilih2.

Oke itu hanya sekelumit cerita ngemol gak pentingku. Bukan itu juga yg dibahas.

Tapi semisal nih ya, yg punya pikiran kayak saya, berarti itu semakin membuka peluang buat buka mol baru dong disetiap kota. Berarti secara gak langsung saya juga berperan dong dalam pembukaan mol bru??? Ahh bisa saja mereka asal tebak kan. Wong indonesia kan ratusan juta hehee *membela diri*

Bukan itu yg mau saya tulis. Tapi perkara menganggap mall adalah tempat beken yg hits yg harus dikunjungi buat jalan2. Hellooooo jalan2 di mall? Refreshing di mall??? Gak salah?? Jalan2 ya di kebun teh lah, hutan lab, taman lah, pantai lah, atau tempat2 lain yg terbuka dialam *itu refreshing kesukaan saya sih*. Apalagi kalo ke mall yg gede rame dan yg dijual yg branded doang, mereka jd merasa kaum kasta brahmana hahaha. Ya nggak salah juga mereka doyan maen di mall, cuman agak aneh aja sih menurutku.

Kalau saya ke mall sih jujur cuman buat belanja yg diperluin dan makan makanan tertentu yg emang cuman ada di mall itu, atau mau ke toko buku yg seringkali lebih enak kalo di mol ntah kenapa. Jadi bukan jalan2 hampa kalo ke mall. Karena beneran deh, capek banget kalo jalan2 di mol. Udah capek, stres lagi gara2 dompet jebol, dan gak refresh sama sekali karena yg diliat cuman tembok dan gemerlap barang2 branded *barang KW juga banyak sih*. Jalan2 hampa itu pas jaman kuliah aja sih, yg letak mall pas didepan kampus dan molnya termasuk mol kecil dan serasa satpam yg ada didepan pintu masuk aja udah kenal banget sama kita.

Tapi ada satu hal positif lho bagi yg suka jalan2 di mol, olahraga. Mengingat orang Indonesia sangat males jalan, apalagi jalan dikota besar itu juga gak aman sama sekali, jadi solusinya adalah jalan didalem MALL.

Comments

Popular posts from this blog

Pengalaman Bikin (Free) Schengen Visa di VFS Swiss

I know this is so normal but anyway I like to compare the experiences because people might have different cases and because I have nothing to lose so... here's my experience for applying Schengen Visa via Swiss (VFS). Kenapa nggak via Belanda? Karena rencana kita berkunjung lamanya ke Geneve - Swiss (ada urusan kerjaan suami gw) dan kami belum tau akan ke Belanda apa nggak saat itu (nggak jadi sih soalnya mepet banget).  Seperti yang sudah sering dibahas orang lain perihal syarat dan ketentuan apply Schengen visa, gw nggak akan nulis itu ya. Udah ada di website VFS, lengkap. Gw cuma tambahin dikit-dikit aja infonya yang mungkin sama seperti kasus yang baca kalo emang kebetulan sama sih 😂 "Ok jadi total pembayarannya 280 ribu rupiah ya" "HAH?? Cuma 200an mbak??? Visanya gratis???" "Suaminya masih WN Belanda kan mbak?" "Iya" "Oiya itu gratis, bisa pake visa tipe C. Jadi cuma bayar biaya admin aja" ...

Not A Robot

  There are so many things I did recently. It was all started since February. Not to complain about this, I just want to write it to release the stress. Because I know every choices has its own risks. Started from January, I commits to work on another blog of mine. Joining with another friend, we are committed to post at least one writing every week with different theme each week. This is still under construction *ahem, ini bukan bangunan* to make it good to read at. I will publish it here once it is ready to be published. We both are trying to be consistent. So far, I have been consistent and always post one every week. After decided to get married, I realize that it won't be that easy. No matter what, marrying someone never be easy. About the preparation and this and that. To be honest, I will not having a big feast for that. I will invite my close friends and family, although I still have to respect what my parents want to invite the neighbors (one block neighbors are tota...

[Book] Dunia Cecilia

'apakah kalian membicarakan hal semacam itu di surga?' 'tapi kami berusaha tidak membicarakannya dekat-dekat Tuhan. ia sangat sensitif terhadap kritik' Yap, sepenggal dialog antara Cecilia dan malaikat Ariel. Saya mengenal Jostein Gaarder sejak kuliah. Ehhhh 'mengenal' dalam artian kenal bukunya ya, kalo bisa kenal pribadi mah bisa seneng jingkrak-jingkrak hehehe. Jadi karena teman saya mendapat tugas kuliah membaca satu novel filsafat berjudul Dunia Sophie, saya jadi sedikit mengetahui si bapak Gaarder ini. Enak ya tugasnya anak sastra baca novel, tugas anak matematika ya baca sih, tapi pembuktian kalkulus -_- Dunia Cecilia ini buku pertama Jostein Gaarder yang saya baca, karena buku Dunia Shopie sangatlah berat berdasar review teman saya. Saya sih nggak perlu baca buku itu karena teman saya sudah benar-benar mahir bercerita. Jadilah saya sudah paham bener cerita Dunia Sophie tanpa membacanya. Novel ini atas rekomendasi teman saya, dia bilang kala...