Hal favorit yg sering dilakukan kebanyakan orang Indonesia adalah menghambat orang lain. Kenapa saya bilang menghambat orang lain? Karena birokrasi. Let say.. belibet lah ya.
Jadi kemaren rencananya bikin rekening bank di salah satu vendor yg lumayan apik daripada vendor bank ku saat ini. Karena menawarkan kemudahan2 dan tidak banyak mengeluarkan biaya tambahan. Iya meamng lebih mahal, tp mahal toh cuma sekali, bukan murah tp setiap kali transaksi harus membayar lebih lagi. Bangkrut lah sekiranya kalo gitu.
Kan rencana bikin disitu ya, ehh ternyata karena domisili bukan asli Surabaya akhirnya sudah saya siapkan beberapa hal yg diperlukan. Kata seorang teman yg bekerja di bank tersebut menyebutkan hanya perlu syrat ini dan ini aja. Okelah berangkat ke salah satu mall di Surabaya. Ternyata nyampe sana yg antri buanyakkkk dan setelah tanya ke satpam, beliau bilang"Ohh maaf mbak, kalau bikin rekening harus weekday, ga bisa weekend". Dalam hati cuman jawab "shit!". Artinya apa? Artinya udah jauh2 ke mall sini tapi nihil dan gue harus pulang. FYI ya, ini bukan pertama kalinya nyobain bikin rekening bank tp ditolak mentah2 haha.
Akhirnya, daripada dongkol ya, pergilah ke coffee shop. Bukan favorit sih, tp vendor ini masih belum terlalu memberikan nilai negatif aja sih. Karena bank ada dilantai bawah, jadinya harus naik dulu. Oiyaa, pengen ke toko buku dulu deh ya. Liat2 buku hasil kerja timku juga sih. Ceritanya lewat eskalator nih, tiba2 inget si dia yg pernah berada dibelakangku karena tdk mau bersebelahan denganku in case ada orang yg buru2 jadinya gak terhalang sama kita yg sante bade gini. Nah pikiran yg begitu tuh jarang ada disini. Bisa2 malah gak peduli orang lain. Yasudahlah ya
Setelah dari toko buku itu, kudengar si satpam menyapa semua orang yg masuk kesana *kecuali aku*. Keluarpun mereka juga diberi salam oleh satpam tersebut, but me. Saya jadi mikir, ada yg salah sama penampilanku?? Memang sih waktu itu hanya mengenakan ransel gede ala backpaker, kaos, joger pants dan sepatu flat super lusuh. Mungkin dia kira saya ga bakalan beli kali ya *emang gue ga beli sih, kemaren uda beli buku yg ga ada disitu sih*. Keluarpun tidak diberikan salam. Okelah fine, gue juga ga gila hormat kok. Smakin menambah gloomy hidupku.
Mampirlah ke warung kopi situ dan pesen coffee latte awalnya. Tapi sayang, mulut mbaknya yg manis mampu menjeratku dg iming2 roti yg udah saya incar dari jauh. Alhasil bayarnya juga lebih. Super sekali. Menunggu pesanan jadi, kemudian dipanggil namaku. Ketika mengambil pesanan, ehh kok ya masnya itu ngagetin banget dari balik tembok, "MBAK PRISCA SELAMAT MENIKMATI! INI KOPINYA DAN SANDWICHNYA!". Sumpah semangat banget. Untung aja nggak aku siram kopi deh itu.
Menikmati es kopi dan sandwich hasil rayuan maut tadi serta blogging dan mengamati tingkah orang2 lalu lalang juga membuat hati cukup gembira kok. At least, menghibur diri sendiri setelah ditolak bank, gak dikasih salam sama satpam, dan dijerat rayuan maut mbak warkop. Akhirnya, makanan dan kopilah yg membuat hariku agak berwarna saat itu.
Moral valuenya apa?
1. Cek syarat2 kelengkapan jika memang kalian ingin membuat sesuatu di vendor2 indonesia. Karena terkadang yg sudah lengkappun masih aja salah dan ditolak *like me*. Jangan lupa bismillah juga
2. Jangan dandan lusuh apalagi pake sepatu flat yg hampir sakaratul maut jika ingin masuk mall dan disapa sama satpamnya
3. Jangan tergoda hasutan maut mbak2 mas2 yg ngurusin pesenan di warkop. Otherwise, anda akan membayar lebih mahal
Yg terakhir, se gloomy apapun hidup anda, nikmatilah dg secangkir kopi panas atau segelas es kopi. Jika mampu, ditemani sandwhich hasil rayuan mbak2 warkop.
Have a good day :)
Comments
Post a Comment
Share your thoughts with me here