It is one of the books that blown my mind. It's very well written and would probably relate with a lot of people who are in their journey to find themselves. So many people are talking about it but I did not buy it until a few months ago where I read the preview on the first pages. Easy for me to see if I want to buy the book or not. When the first pages hook me right away, I don't need to think twice. This book is one of them. This contains spoiler of course. Nora, the main character, like many of us, fall into depression and decided to kill herself. But she's not dead right away. She went into a kind of limbo between life and death. In that library she met a librarian, this librarian is a kind of a guide. Our guide that probably tasked when we were born. The librarian shows her lives that she could have had if she wants to. She is so depressed and thinks that no life will makes her happy enough to live it. I can totally understand her state. I was there....
Saya sudah sejak
lamaaaaa sekali membiasakan diri tanpa tas plastik a.k.a kresek. Sekalipun
masih pake dulu itu, saya cuman pake satu aja kresek, barang yang lainnya
nebeng di kresek gede yang satu itu. Itu aja udah dapet pandangan seolah ‘ih,
hemat banget sih, masa dikasih kresek gratis aja nggak mau’. La emang kasian
buminya. Kamu kamu aja yang nggak sayang bumi kalo ngasih pandangan kayak gitu
ke aku.
Nah karena sudah
terbiasa dengan tas sendiri, atau kalau barangnya kecil ya nggak perlu dikasih
kresek, jadi bikin saya terbiasa mendapat pandangan seperti itu. Apalagi si mas
juga paling banter koar-koar kalo saya beli di minimarket dan nggak sengaja
kreseknya udah dikasih padahal saya nggak minta sih. ‘Hun, no, save earth’.
Iyoooo iyo sayanggggg.
gambar pinjam sini
Beberapa waktu yang
lalu, saya membeli sebuah kotak makan bayi. Yang sekotak gede itu lho. Itu kan
lebih enak ya kalo bawa tanpa kresek mengingat saya juga sudah bawa tas belanja
saya. Selalu ada di tas saya deh itu tas belanjaan. Nah saya reflex ambil
barangnya setelah dibayar. Nah kemudian :
‘Mbak saya masukin
kresek dulu’
‘Oh nggak usah mbak,
saya bawa tas sendiri kok’
‘Lho nggak papa mbak,
kreseknya nggak bayar kok ini’
Dalam hati : Fak ni
orang, bukan gara-gara bayarnya kali. Plastik cuman dua ratus aja nggak bakal
rugi kalo bayar. Tapi kan ini masalah mengurangi plastik tho. Ya akhirnya saya
bilang lagi …
‘Nggak papa mbak,
bukan masalah bayarnya’
‘Mbak nanti kalo turun
dikira belum bayar sama satpam yang dibawah’
Ya gustiiiii kenapa
susah banget sih mau belajar tidak membebani bumi. Sekarang logika deh ya, yang
penting kan tempelin aja bonnya di barang yang saya beli. Udah kan beres. Kalo
satpam nanya ini udah bayar apa belom kan udah ada struknya. Kenapa mesti ribet
sih?
Tapi karena saya laper
waktu itu, lemes, yang memandang aneh juga nggak satu dua, daripada juga bikin
temen malu ya, yoweslah ngalah akhirnya. Dengan lemesnya bilang ‘yawes lah
mbak, nih kresekin, mau nyelametin bumi aja nggak ada yang dukung’.
Saya itu paling nggak
suka kalau kegiatan saya menolak plastik itu karena bayar 200 rupiah. Hello…
saya nggak pelit kok, tapi ya buat apa bayar 200 dan membebani bumi kalo kita
bisa bawa dan pake tas sendiri kan?????? Mikir dong! Gimana bumi kalian ini
bisa sehat kalau kalian supply plastik tiap hari.
Duh maaf emosi… karena
sejatinya kita sudah berusaha keras, keluarga dan lingkungan sekitar sudah
mendukung dan saling dukung tapi…… manusia-manusia diluar sana masih
berpendapat ‘Hey, ini cuman 200 lho! Murah tauk! Krupuk aja paling kecil 500’
Semoga hati kalian
dicerahkan yang maha pemilik segalanya!
Welcome to the world !
ReplyDeleteWe live in plastic addict country......
Plastic adiiicccttttttt adict bangeeetttt apa2 plastic sampek beras aja plastik hahaha
DeleteIya bener, hahaha
Delete