It is one of the books that blown my mind. It's very well written and would probably relate with a lot of people who are in their journey to find themselves. So many people are talking about it but I did not buy it until a few months ago where I read the preview on the first pages. Easy for me to see if I want to buy the book or not. When the first pages hook me right away, I don't need to think twice. This book is one of them. This contains spoiler of course. Nora, the main character, like many of us, fall into depression and decided to kill herself. But she's not dead right away. She went into a kind of limbo between life and death. In that library she met a librarian, this librarian is a kind of a guide. Our guide that probably tasked when we were born. The librarian shows her lives that she could have had if she wants to. She is so depressed and thinks that no life will makes her happy enough to live it. I can totally understand her state. I was there....
First destination
after attending the wedding was Sade village. Desa ini semacem desa adat suku
sasak asli begitu. Letaknya nggak jauh dari Bandara, sekitar 30 menit aja. Jadi
ibarat kata nih, kalo nggak ke destinasi wisata laennya selama di Lombok gapapa
deh yang penting harus ke desa ini. Kita kesana kan bareng sodaranya si
suaminya Prisca ini, mereka sih lebih ke pantai aja, kalo aku mah ngotot ke
desa ini pokoknya. Gatau sih, suka aja sama yang berbau tradisional dan asli
gitu. Mumpung kan keluar Jawa, wajib liat yang asli-asli.
Berangkatlah kita dari
Selong, menuju bandara terlebih dahulu. Harus nganterin si sodara-sodara balik
ke Jawa dulu, sisanya yang masih terbang jam sore ya jalan-jalan dulu. Cus lah
kita ke desa sade. Ini desa masuk iklan btw yang bikin salah paham si Prisca.
Dikiranya aku tau desa ini dari iklan, padahal aku udah tau dari jaman SD. Ilmu
sosialku melekat banget deh kalo soal adat dan tradisional begini.
Satu jam dari Selong,
nggak begitu jauh. Tapi karena cukup pagi berangkatnya, ya kita dijalan merem
semua. Setengah jam dari bandara menuju desa ini, kita datang sekitar jam
setengah 8. Masih sepiiiiii banget. Seger. Adem. Masih banyak juga yang masih
tutup. Jadi rumah mereka masih nggak buka, tenunan sih masih tetep dipajang,
tapi nggak liat satupun yang nenun. Agak kuciwa sih. Eh beberapa menit kemudian
ada orang yang nenun karena ada yang pengen tau, nimbrung juga akhirnya. Yaaa
sekiranya cukup lah buat ambil foto sama videonya.
Sayangnya ya karena
masih banyak yang aktifitas dirumah macam cuci baju, masak, jadinya nggak bisa
ngobrol nanya-nanya banyak hal ke mereka. Tapi ada tv kok, pas lewat denger
upin ipin tayang hahaha. Trus kita telusuri aja deh itu, eh ketemu rombongan
yang laen lagi. Disitu ada orang yang nunjukin isi rumahnya. Rumah asli desa
Sade. Pernah liat di tv nggak? Harusnya pernah, dulu pas jamannya acara
jalan-jalan itu sering nampilin desa ini. Dan pas dibuka seketika zzzzzzzzzz,
bau eek kebo. Nggak bau buanget sih, tapi bau emang hahaha. Karena, saya inget
itu lantai dibersihinnya pake eek kebo emang. Jadi ya bau dikit-dikit lah hoho.Nggak ambil fotonya karena gelap dan banyak
anak kecil yang pengen selfie. Dimaklumin aja deh ya, masih anak kecil.
Oiya kita sempet beli
kain tenunnya sih. Nggak tau itu emang harganya segitu apa gimana ya, yang
jelas satu kain buat bawahan plus selendangnya bisa kita tawar 200ribu aja.
Murah kan? Konon lebih murah dari desa Sukarare. Sempet juga beli pernak Pernik
di sana, buat bawaan anak-anak kecil dirumah. Ya mereka kan doyan yang
lucu-lucu ya. Ada yang 5ribuan, 20ribuan, dan ada yang masih bisa ditawar.
Harga ikat kepala Lombok ditawarin 50ribu per pc, tapi setelah ditawar juga
bisa jadi harga setengahnya. Beda ya kalo oleh-olehnya udah masuk toko.
Harganya jadi 50ribu.
Penjual yang kita
datangi bilang ‘nggak apa-apa mbak kalo disini budayanya harus di tawar, kita
malah seneng sekali kalau mbak mau nawar disini’. Lahhh manis amat ya hahaha.
Akhirnya yang nawar siapa saudara-saudara???? Candra! Suaminya another Prisca ini
lebih sadiiisssss kalo nawar. Katanya bilang gini ‘tawar aja Pris, setengahnya
lebih kalo tawar’. Alaamaakkk. Gapapa sih jadi dia yang nawarin hahaha
Seru aja sih, to be
finally here. Mengunjungi tempat kecil dan asli ini. Btw, meskipun ini tempat
kita sebut desa adat dan masih asli,
tapi didepannya ada minimarket lhooooo. Ya kan depannya bukan daerah adat lagi
hoho. Eh satu lagi, ada masjid didalem desa ini. Masjidnya lucu banget. Adem gitu
keliatannya. Dan dan dan banyak anjing berkeliaran. Anjing liar, bukan anjing
pudel yang lucu nggemesin gitu.
ini masjidnya lho
Was so happy that day, have you been there?
Mbak, bau tai kebo?
ReplyDeleteCEBOK GIH !
Ehhh jgn salah, kebonya udah aku cebokin biar ga bau lagi kalo eek
Delete