Skip to main content

Book: The Midnight Library

It is one of the books that blown my mind. It's very well written and would probably relate with a lot of people who are in their journey to find themselves.  So many people are talking about it but I did not buy it until a few months ago where I read the preview on the first pages. Easy for me to see if I want to buy the book or not. When the first pages hook me right away, I don't need to think twice. This book is one of them.  This contains spoiler of course.  Nora, the main character, like many of us, fall into depression and decided to kill herself. But she's not dead right away. She went into a kind of limbo between life and death. In that library she met a librarian, this librarian is a kind of a guide. Our guide that probably tasked when we were born.    The librarian shows her lives that she could have had if she wants to. She is so depressed and thinks that no life will makes her happy enough to live it. I can totally understand her state. I was there....

Otak Setengah-Setengah



semoga gambar ini menjawab rasa penasaran orang ketika mengetahui saya kuliah matematika. this is exactly what I did. bercerita melalui teorema dan conjecture


Otak bawaan saya dominan kearah eksak. Saya pun juga memutuskan untuk kuliah jurusan matematika. Ketika sebagian besar orang eksakta sangat membenci Bahasa (Bahasa Inggris dan Bahasa asing lainnya), saya sangat mencintai belajar Bahasa. Sejak masih SD, saya suka sekali belajar Bahasa asing. Pertama belajar pasti Bahasa inggris dong. Kemudian saya jatuh cinta dengan Bahasa Spanyol (yang sampe saat ini nggak mahir-mahir gara-gara nggak punya guru). 

Padahal, sayang sekali jika ada seorang jenius dibidang eksakta, tapi kemampuan bahasanya nggak mumpuni. Semisal temen saya, yang pinter banget kimia, fisika, matematika, eh tapi bahasanya nol. Jadilah adegan,
‘eh nyontek kimia lu’
‘enak aja nyontek, mikir sendiri’
‘ehh yaudah Bahasa Inggris lu juga mikir sendiri ya. Awas kalo nyontek gw’

Ngancemnya serius, biologi, kimia, fisika, matematika dituker sama Bahasa Inggris. Kemana-mana juga gampangan Bahasa Inggris daripada MIPA itu 😂😂

Hanya ada beberapa jenius eksakta seangkatan saya yang mumpuni Bahasa Asingnya. Mereka berani melanjutkan studi di luar negeri dan berkembang luar biasa. Sedangkan yang tidak mampu berbahasa asing, hanya stuck didalam negeri dalam tempurung kerdilnya dan mengatakan :

‘Buat apa bisa Bahasa asing, emang Bahasa Indonesia kamu udah bener? Nasionalis dong’

Ah pertanyaan itu selalu saya jawab sesimpel, ‘buat apa pinter eksakta kalo nggak bisa ngejar ilmu lebih luas, cari pengalaman di tempat asing biar bisa diamalin buat negerimu’

Diem deh. Tapi beberapa detik kemudian mereka bilang, ‘dasar kamu kumpeni, mau aja dibodohin pake bahasa asing’. 

Nggak mau kalah dong saya, saya jawab, ‘eh lu nggak nyontek gw Bahasa Inggris juga nggak bakal lulus lu. Gw mah masih bisa matematika, fisika, kimia, biologi biarpun nggak sepinter elu, nah situ? Bahasa Inggris mampu?’

Jahat ya saya😂😂😂

Lama-lama saya jadi bisa berbicara Bahasa Inggris dan sedikitttttttttt sekali Bahasa Spanyol. Sampai akhirnya saya belajar Bahasa Korea. Lingkungan saya pun terbiasa dengan Bahasa asing, termasuk Bahasa Jerman, jadilah saya familiar dengan beberapa Bahasa Jerman. Meskipun tidak belajar formal, tapi saya bisa sedikit menimpali menggunakan Bahasa Jerman ini. Pun ketika teman saya ngajar bingung nyari Bahasa Jermannya apa, eh saya nyaut jawab hal yang dia cari, dia malah marah. Katanya kok bisa saya yang nggak formal kuliah Bahasa Jerman bisa-bisanya skak mat ke dia yang kuliah Bahasa Jerman. Ah jadi kangen masa itu.

Nah sekarang ini saya sedang belajar Bahasa Belanda. Karena nanti saya pengen anak saya bisa Bahasa Indonesia dan Belanda. Jadilah saya harus mudeng juga kan. Lagipula juga biar nggak diomongin HJ sama nenek kalo mereka lagi ngobrol. So far so good. Progresnya juga oke sih. Dapet bantuan sana sini. Kalo pas HJ nggak mau jelasin, ya lari ke papanya hahaha. 


Karena familiar dengan Bahasa Jerman, belajar Bahasa belanda pun nggak sebegitu kaget. Kata orang kan susah banget ini Bahasa, yaaaa sejauh ini sih belom susah. Apalagi kan cuman buat ngobrol sehari-hari aja. Nggak buat bikin tesis juga kan. Jadi masih santai. Terbiasa dengan Bahasa Jerman, Bahasa Indonesiapun sangat membantu. Karena banyak dari kata Bahasa Indonesia diserap dari Bahasa Belanda. Contohnya tas aja deh, yang bener-bener saya kira originally Bahasa Indonesia, eh ternyata Bahasa Belanda juga. Schaak = catur, itulah kenapa banyak orang jawa bilang ‘main catur’ dengan kata ‘main skak’. Koffer = koper, mirip kan? Oiya, kalo ada yang bilang ‘ahh stupid tuh, masa nulis coffee aja koffie’, itu bisa jadi diambil dari Bahasa Belanda ya saudara-saudara. Jadi bukan yang bikin oon ga bisa Bahasa Inggris, tapi emang itu dari Bahasa lain. Bioscoop juga lho, bioskop. Ada lagi hem (kemeja), nenek saya lebih suka bilang hem daripada kemeja. Ya karena itu emang dari sono. Dan masih banyak yang lainnya.

Kenapa saya suka belajar Bahasa asing? Seperti kata Bung Karno, pelajari Bahasanya, kuasai orangnya. Jadi saya harus belajar bahasanya, baru kuasai dia sepenuhnya 😏 *senyum jahat*

update : gw sekarang lagi belajar bahasa Pashto lol

Comments

  1. Nih bahasa keseharian saya....


    BAHASA KALBU.....

    ReplyDelete
  2. tetep. Bahasa Tagalog di hati

    😂😂😂

    ReplyDelete
    Replies
    1. Huahahahaha teuteeeppp
      Gampang kah? Kayake ngomongnya susah

      Delete
    2. gampang2 susah sih, yg jelas bnyk kata mirip bhs Jawa, jadi klo kita orang jawa agak di untungkan

      Delete
    3. Iya katanya kek gitu. Mungkin efek ekspansi majapahit kali yaaaa

      Wong suriname aja juga ada jawanya juga haha

      Delete
  3. Kereeen ih.. sya pernah latah pengen belajar bahasa jerman, tapi etspi langsung mundur pas tau, vocab di bhsa jerman ternyata rempong, pke jenis kelamin. Remfooooong. Wkwkwkk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha iya bner, kl bhasa eropa kebanyakan pake kelamin. Spanyol juga, belanda jg kok
      Yg penting suka dlu, kalo udah suka mah rempong apa jg lewat haha

      Delete
  4. Belajar bahasa asing perlu, tapi jangan sampai melupakan bahasa daerah, karena dalam uud bahasa daerah di pelihara oleh negara

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaa bener. Aku juga masih proses bljr bahasa Jawa yg bener. Nyesel dulu ga suka

      Delete
  5. 2 kali belajar bahasa china sama mahasiswa china yang belajar di UM. Dan sampai saat ini cuma bisa itung-itungan 1 sampe 10. Sama bilang xie xie, bue ke qi, ahaha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahah iya dikampus dlu ada ya program bahasa china gt. Aku juga dftr tapi pas mau mulai udah keder duluan haha

      Delete
    2. Kalau aku pas udah kerja ini. Untuk pegawai cuma bayar 10rebu aja buat ganti buku materi. hahaha.

      Delete
  6. aku juga sama, tapi sekarang di lapangan yang tiap ari ketemu malah gapernah ngomong. sok sibuk mulu dpn komp. malah yg aku kasih contekan maenannya uda ke singapore. sediihh kan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sedih ya, aku juga sering gt. Yg dicontekin idupnya lebih enak
      Tau gt aku dulu nyontek aja maksimalin biar lbh sukses sekarangnya haha

      Delete

Post a Comment

Share your thoughts with me here

Popular posts from this blog

Pengalaman Bikin (Free) Schengen Visa di VFS Swiss

I know this is so normal but anyway I like to compare the experiences because people might have different cases and because I have nothing to lose so... here's my experience for applying Schengen Visa via Swiss (VFS). Kenapa nggak via Belanda? Karena rencana kita berkunjung lamanya ke Geneve - Swiss (ada urusan kerjaan suami gw) dan kami belum tau akan ke Belanda apa nggak saat itu (nggak jadi sih soalnya mepet banget).  Seperti yang sudah sering dibahas orang lain perihal syarat dan ketentuan apply Schengen visa, gw nggak akan nulis itu ya. Udah ada di website VFS, lengkap. Gw cuma tambahin dikit-dikit aja infonya yang mungkin sama seperti kasus yang baca kalo emang kebetulan sama sih 😂 "Ok jadi total pembayarannya 280 ribu rupiah ya" "HAH?? Cuma 200an mbak??? Visanya gratis???" "Suaminya masih WN Belanda kan mbak?" "Iya" "Oiya itu gratis, bisa pake visa tipe C. Jadi cuma bayar biaya admin aja" ...

Not A Robot

  There are so many things I did recently. It was all started since February. Not to complain about this, I just want to write it to release the stress. Because I know every choices has its own risks. Started from January, I commits to work on another blog of mine. Joining with another friend, we are committed to post at least one writing every week with different theme each week. This is still under construction *ahem, ini bukan bangunan* to make it good to read at. I will publish it here once it is ready to be published. We both are trying to be consistent. So far, I have been consistent and always post one every week. After decided to get married, I realize that it won't be that easy. No matter what, marrying someone never be easy. About the preparation and this and that. To be honest, I will not having a big feast for that. I will invite my close friends and family, although I still have to respect what my parents want to invite the neighbors (one block neighbors are tota...

[Book] Dunia Cecilia

'apakah kalian membicarakan hal semacam itu di surga?' 'tapi kami berusaha tidak membicarakannya dekat-dekat Tuhan. ia sangat sensitif terhadap kritik' Yap, sepenggal dialog antara Cecilia dan malaikat Ariel. Saya mengenal Jostein Gaarder sejak kuliah. Ehhhh 'mengenal' dalam artian kenal bukunya ya, kalo bisa kenal pribadi mah bisa seneng jingkrak-jingkrak hehehe. Jadi karena teman saya mendapat tugas kuliah membaca satu novel filsafat berjudul Dunia Sophie, saya jadi sedikit mengetahui si bapak Gaarder ini. Enak ya tugasnya anak sastra baca novel, tugas anak matematika ya baca sih, tapi pembuktian kalkulus -_- Dunia Cecilia ini buku pertama Jostein Gaarder yang saya baca, karena buku Dunia Shopie sangatlah berat berdasar review teman saya. Saya sih nggak perlu baca buku itu karena teman saya sudah benar-benar mahir bercerita. Jadilah saya sudah paham bener cerita Dunia Sophie tanpa membacanya. Novel ini atas rekomendasi teman saya, dia bilang kala...