kotak sumbangan Beberapa hari lalu ada twit yang menyebutkan kalau semuanya sudah serba cashless dan banyak tempat yang nggak menerima uang tunai sebagai pembayaran. Twitnya rame. Hal ini sudah beberapa kali gw amati, pernah waktu makan di kafe dekat rumah niat hati pengen bayar pakai tunai eh harus pakai QRIS atau cashless. Bikin gw agak heran karena kok gw pengen bayar tunai tapi malah gak bisa. Iya memang gw sering banget cashless untuk sehari-hari. Tapi bukan berarti kita nggak boleh atau nggak bisa bayar pakai tunai juga kan? Kenapa ya kesannya sekarang kita udah perlahan menghilangkan uang tunai untuk pembayaran? Bukannya uang tunai adalah alat pembayaran yang sah juga ya? Iya tau, praktis banget kalau cashless tuh, terutama untuk pembayaran yang berjuta-juta. Tapi di sisi lain, uang tunai tuh masih sama berharganya. Gw nggak tahu dari sisi pebisnis yang hanya mau terima cashless aja. Coba bayangin, orang-orang tua yang nggak paham gimana cara bayar cashless, atau ada turis
Kemarin, saya kembali berbicara dengan cucu dari kakaknya
nenek saya. Bingung nggak? Hahaha
Oke, jadi begini ceritanya,
Mama dari nenek saya itu seorang Indo. Saya panggilnya mami.
Catet ya, Indo bukanlah Indonesia, tapi Indo adalah anak keturunan Indonesia
dan negara lain (yang kebanyakan ras kaukasoid), misal Indonesia - Belanda yang
paling beken, atau Indonesia – Jerman. Nanti deh saya tulis terpisah soal ini
ya.
Kembali ke nenek buyut, mamanya mami yang Indo ini menikah
dengan orang Belanda. Ceritanya kakek buyut ini seorang prajurit Belanda di
sini. Menikahlah mereka berdua. Jadi nenek buyut yang aslinya sendiri sudah
Indo, menikah dengan orang Belanda, lahirlah dua orang anak. Yang pertama
laki-laki, yang kedua perempuan (nenek saya). Erich Carl (Booley) von Bannisseth
dan Rita von Bannisseth (yang kemudian menjadi Rita Herawati).
Anak laki-lakinya akhirnya balik ke Belanda, yang perempuan
tinggal di Indonesia. Terpisahlah mereka ribuan mil. Dengan masa yang masih
belum canggih-canggih bener, mereka hanya komunikasi lewat surat, telepon
beberapa bulan sekali, atau hanya ketika mereka pulang ke Indonesia.
Komunikasi tidak intens seperti saat ini.
Beberapa lamanya mereka hilang kontak, karena kami pun
pindah rumah dan belum sempat memberikan kabar kepindahan, hingga salah satu
keluarga dari klan mamanya nenek ini memberikan kabar ke keluarga Belanda. Kami
hanya bertukar surat beberapa kali saja. Benar-bener hilang kontak. Sampai pada
akhirnya ada surat yang datang dari Belanda, memberikan kabar kematian kakak
dari mami ini.
Setelah saya balas suratnya, saya sertakan alamat email
dengan tujuan memudahkan untuk berkomunikasi lebih lanjut. Tahun itu 2014.
Akhirnya saya dan cucunya memulai komunikasi kembali. Karena ketidakpedulian
saya terhadap sosmed yang namanya facebook
gara-gara terlalu banyak orang random, akhirnya tiap pesan yang masuk yang
tidak di friend list akhirnya saya ignore dong. disinilah letak kebodohanku.
Minggu kemarin iseng buka-buka dan ternyata, ada pesan
Allysa di FB saya. Allysa adalah cucu dari anak pertamanya opa Booley ini. Syok
lah saya, akhirnya saya bales pesan taun 2014 itu kemaren. 3 taun ngendap di
inbox paling bawah hahahaha
Kita mulai lagi bercengkerama Indonesia – Belanda. Ehh ternyata
adekku yang nomer 2 juga dihubungi sepupunya Allysa ini. Cucunya opa Booley
yang lainnya. Wessss ngobrol lah kita smua ya. Kontak terjalin lagi. Yang bikin
sedih, mami memulai komunikasi dengan keluarga yang jauh baru setelah kakaknya
meninggal. Jadi tiap kali kita ngobrol gitu, mami jadi sedih terus. Apalagi
liat istri kakaknya yang makin kurus.
adiknya alm mbah utiku juga ada yg di Dieren. tapi alhamdulillah komunikasi lancar tapi klo Nelpon pas tengah malem. iy kadang keluarga di sini juga sedih mbak karena lihat ybs pengen bisa ke indo tp blm bisa. tp yg penting silaturahim tetap terjaga.
ReplyDeleteIya kalo tengah malem sana pas dinner haha. Sekarang sih udah mulai kontak lg jd gak keputus lg hubungannya. Lebih gampang jg kan skrg, thanks to internt haha
DeleteAlhmdlh ya, walaupun terpisah jauh masih bisa kontak kontakan. Masih bisa saling berhubungan. Kalo kami, sedikit menyedihkan. Hilang kontak, padahal masih sesama di Indonesia.
ReplyDeleteCoba dikontak lagi, sekarang mah serba connected kalo udah kena internet. Sayang lho kl putus hubungan gt
DeleteMasalahnya mereka di Kampoeng nan tak terjangkau inet atau mereka tidak kenal yang namanya net. Hanya kadang ada sodara yang kirim kabar. Jadi tau berita ya, lewat sodara yang pulkam kesana aja.
DeleteWahh susah ya kalo kayak gitu. Harus bener2 datang ya
Delete