Balinese is a lot of thing, but one thing for sure that they work efficiently when it is related to the documents. Gw selalu kasih tepuk tangan meriah kalau urus-urus dokumen di Bali tuh serba cepet banget. Di Denpasar ya terutama karena gw tinggal di sini. Nggak tau lagi kalau di daerah lain. Ini testimoni gw yang tiap tahun harus urus dokumen visa suami, tiap tahun harus ke Dukcapil, Polres, wira-wiri di desa urus printilan. Akhirnya tahun ini gw putuskan untuk pindah domisili ke Bali. Yeay. Bukan tanpa alasan, tapi karena untuk menjamin KITAP, gw harus domisili Bali. Suami gw udah terdaftar di Imigrasi Bali. Jadi daripada gw harus pindahin dia ke domisili asal gw, yang mana gw udah nggak tinggal di sana hampir 20 tahun, ya lebih baik gw yang pindah. Ternyata, pindah KTP tuh gampang banget ya. Gw kira gw harus pulang dulu ke domisili untuk cabut berkas. Setelah tanya langsung ke domisili asal gw (Pake WA dan jawabnya nunggu lama banget), mereka bilang untuk urus surat SKPWNI (Su
Kemarin, saya kembali berbicara dengan cucu dari kakaknya
nenek saya. Bingung nggak? Hahaha
Oke, jadi begini ceritanya,
Mama dari nenek saya itu seorang Indo. Saya panggilnya mami.
Catet ya, Indo bukanlah Indonesia, tapi Indo adalah anak keturunan Indonesia
dan negara lain (yang kebanyakan ras kaukasoid), misal Indonesia - Belanda yang
paling beken, atau Indonesia – Jerman. Nanti deh saya tulis terpisah soal ini
ya.
Kembali ke nenek buyut, mamanya mami yang Indo ini menikah
dengan orang Belanda. Ceritanya kakek buyut ini seorang prajurit Belanda di
sini. Menikahlah mereka berdua. Jadi nenek buyut yang aslinya sendiri sudah
Indo, menikah dengan orang Belanda, lahirlah dua orang anak. Yang pertama
laki-laki, yang kedua perempuan (nenek saya). Erich Carl (Booley) von Bannisseth
dan Rita von Bannisseth (yang kemudian menjadi Rita Herawati).
Anak laki-lakinya akhirnya balik ke Belanda, yang perempuan
tinggal di Indonesia. Terpisahlah mereka ribuan mil. Dengan masa yang masih
belum canggih-canggih bener, mereka hanya komunikasi lewat surat, telepon
beberapa bulan sekali, atau hanya ketika mereka pulang ke Indonesia.
Komunikasi tidak intens seperti saat ini.
Beberapa lamanya mereka hilang kontak, karena kami pun
pindah rumah dan belum sempat memberikan kabar kepindahan, hingga salah satu
keluarga dari klan mamanya nenek ini memberikan kabar ke keluarga Belanda. Kami
hanya bertukar surat beberapa kali saja. Benar-bener hilang kontak. Sampai pada
akhirnya ada surat yang datang dari Belanda, memberikan kabar kematian kakak
dari mami ini.
Setelah saya balas suratnya, saya sertakan alamat email
dengan tujuan memudahkan untuk berkomunikasi lebih lanjut. Tahun itu 2014.
Akhirnya saya dan cucunya memulai komunikasi kembali. Karena ketidakpedulian
saya terhadap sosmed yang namanya facebook
gara-gara terlalu banyak orang random, akhirnya tiap pesan yang masuk yang
tidak di friend list akhirnya saya ignore dong. disinilah letak kebodohanku.
Minggu kemarin iseng buka-buka dan ternyata, ada pesan
Allysa di FB saya. Allysa adalah cucu dari anak pertamanya opa Booley ini. Syok
lah saya, akhirnya saya bales pesan taun 2014 itu kemaren. 3 taun ngendap di
inbox paling bawah hahahaha
Kita mulai lagi bercengkerama Indonesia – Belanda. Ehh ternyata
adekku yang nomer 2 juga dihubungi sepupunya Allysa ini. Cucunya opa Booley
yang lainnya. Wessss ngobrol lah kita smua ya. Kontak terjalin lagi. Yang bikin
sedih, mami memulai komunikasi dengan keluarga yang jauh baru setelah kakaknya
meninggal. Jadi tiap kali kita ngobrol gitu, mami jadi sedih terus. Apalagi
liat istri kakaknya yang makin kurus.
adiknya alm mbah utiku juga ada yg di Dieren. tapi alhamdulillah komunikasi lancar tapi klo Nelpon pas tengah malem. iy kadang keluarga di sini juga sedih mbak karena lihat ybs pengen bisa ke indo tp blm bisa. tp yg penting silaturahim tetap terjaga.
ReplyDeleteIya kalo tengah malem sana pas dinner haha. Sekarang sih udah mulai kontak lg jd gak keputus lg hubungannya. Lebih gampang jg kan skrg, thanks to internt haha
DeleteAlhmdlh ya, walaupun terpisah jauh masih bisa kontak kontakan. Masih bisa saling berhubungan. Kalo kami, sedikit menyedihkan. Hilang kontak, padahal masih sesama di Indonesia.
ReplyDeleteCoba dikontak lagi, sekarang mah serba connected kalo udah kena internet. Sayang lho kl putus hubungan gt
DeleteMasalahnya mereka di Kampoeng nan tak terjangkau inet atau mereka tidak kenal yang namanya net. Hanya kadang ada sodara yang kirim kabar. Jadi tau berita ya, lewat sodara yang pulkam kesana aja.
DeleteWahh susah ya kalo kayak gitu. Harus bener2 datang ya
Delete