It is one of the books that blown my mind. It's very well written and would probably relate with a lot of people who are in their journey to find themselves. So many people are talking about it but I did not buy it until a few months ago where I read the preview on the first pages. Easy for me to see if I want to buy the book or not. When the first pages hook me right away, I don't need to think twice. This book is one of them. This contains spoiler of course. Nora, the main character, like many of us, fall into depression and decided to kill herself. But she's not dead right away. She went into a kind of limbo between life and death. In that library she met a librarian, this librarian is a kind of a guide. Our guide that probably tasked when we were born. The librarian shows her lives that she could have had if she wants to. She is so depressed and thinks that no life will makes her happy enough to live it. I can totally understand her state. I was there....
This picture was taken at Car Free day in Pandaan, and saw this little kids playing around with bubbles, happiness for them is as easy as you can see on this picture, kids with bubbles, a girl and a boy holding hand while smiling and greeting their friends there.
Setelah membaca karya Jostein Gaarder yang seorang filsuf, saya jadi keracunan untuk sedikit berfilosofi dalam hidup. Tetiba saya berpikir apa itu bahagia. Darimana sumber kebahagiaan itu berasal. Apakah uang dan kekuasaan bisa membuat kita bahagia. Apakah bahagia itu sulit dicari. Bagaimana peran uang untuk kebahagiaan itu... dan masih banyak lagi pertanyaan tentang kebahagiaan.
Standar kebahagiaan setiap orang tentu berbeda-beda. Tapi standar tersebut tidaklah penting bagi saya, karena saya tidak menggunakan standar mereka dalam menentukan kebahagiaan saya sendiri.
Saya bahagia ketika saya bersama keluarga. Saya bahagia ketika bersama HJ. Saya bahagia ketika saya bisa membantu orang. Saya bahagia ketika saya mengajar dan murid saya mengatakan 'Ohhh Ok I got it now'. Saya bahagia ketika kerja keras saya di apresiasi dan dihargai. Saya bahagia ketika saya tidak diremehkan orang dan dianggap memiliki opini yang bisa disumbangkan. Saya bahagia ketika saya bisa ngeblog dan memotret meskipun masih dan selalu dalam tahap pembelajaran. Saya bahagia ketika saya bisa belajar lebih. Saya bahagia ketika orang bisa mengingat saya. Saya bahagia ketika koleksi buku saya bertambah meskipun belum bisa baca semuanya. Hmmm... kadang saya juga bahagia ketika melihat orang lain bahagia, entah siapapun itu. Karena sayapun tidak mendapatkan kerugian apapun dengan ikut merasa bahagia untuk mereka.
Dibilang sulit dicari, saya ternyata mudah merasa bahagia dengan ikut melihat orang lain bahagia. Apa iya memang sesederhana itu?
Saya nggak harus punya rumah tingkat 10 bak kerajaan untuk menjadi bahagia, meskipun saya memang bermimpi menjadi seorang putri with my own style yang tinggal di kastil bersejarah dan berhantu *oke it's only weird dream of mine*. Karena punya rumah 10 tingkat juga susah kan bersihinnya, males, nggak bahagia deh jadinya. Saya juga nggak harus punya lamborgini buat bahagia, karena mahal dan sayang kalo dipake di Indonesia. Ntar disrempet motor, kan sayang, biaya repairnya juga mahal. Mungkin sih, saya harus nabung untuk membeli kamera yang lebih bagus lagi karena saya bahagia setelah memotret. Kamera bagus masih bisa diusahain kok, nggak sampe harus jual rumah juga. Toh saya bukan fotografer macem Darwis Triadi kan.
Jadi sebenernya, merasa bahagia itu sederhana apa sulit? 😁
Untuk mencapai sebuah kebahagiaan tentulah tidak mudah, perlu proses yang panjang untuk kesana,semoga mbanya bahagia terus yah
ReplyDeleteSemoga kamu jg bahagia ya dg standar kebahagian kamu sndiri 😊
Deletekalau menurut saya benar apa kata mba Prisca sih, Bahagia itu tergantung orangnya, dimana letak kebahagiaan seseorang hanya mereka yang tahu. Tapi yang pasti semua orang akan merasa bahagia jika bersama keluarganya, Itu haha
ReplyDeleteaku juga bahagia kalau dapat traktiran dari teman mba. hehe
Ahh kalo itu mah saya juga bahgiaaaaaa haha
DeleteJgn liat standar orang lain ya, biar bisa bahagia 😉
Saya bahagia kalo Keenan gak minta jajan terus ke Indomaret -___-'
ReplyDeleteSama. Aku ya bahagia kalo adekku yg kecil ga minta jalan tiap minggu ke car free day demi beli sosis dan jajanan lainnya
DeleteBaca judulnya langsung keinget sama salah satu lagu "Bahagia itu sederhana, hanya dengan melihat senyummu lalala..." wkwkw
ReplyDeleteHahah, seringkali ditanya 'bahagia itu yang seperti apa?' sama orang-orang, jawaban aku, sama kayak punya kamu sih; aku bahagia saat liat orang lain bahagia [karena aku], bahagia karena punya pembaca blog, bahagia karena punya banyak waktu untuk menjalani hobi dan passion, bahagia karena dapet makanan gratis, dll. Sederhana kan?:')
Kalo menurutku bahagia itu emang sederhana, tapi karena manusia selalu mengharap lebih dan gak pernah puas, rasa bahagia dalam diri mereka akhirnya cuma dateng setengah-setengah, bahkan engga ada perasaan bahagia sama sekali. Intinya sih, bersyukur adalah koentji. Yuhuuu~
Btw otak mkir keras koentji apaan ya, bahasa indonesia apa belanda ya 😂😂😂
DeleteVintage ya buk yaaa
Iya, bener, stuju, intinya bersyukur. Krn bersyukur bkin kita bhgia
Standar kebahagian buat tiap orang berbeda-beda.
ReplyDeleteItu benar adanya,kak.
Kalo buatku, jalani hidup yang tak mudah ini cukup dibawa pikiran dan perasaan senang saja.
Kalo orang Jawa bilangnya nrimo.
Punya segini ya disyukuri, punya lebih ya disyukuri.
Nanti semuanya akan terasa ringan dan menyenangkan jika pikiran kita bisa bersandar seperti itu.
Bner!!!! Smakin kita bersyukur smakin bahagia kita jadinya :)
Delete