Skip to main content

Book: The Midnight Library

It is one of the books that blown my mind. It's very well written and would probably relate with a lot of people who are in their journey to find themselves.  So many people are talking about it but I did not buy it until a few months ago where I read the preview on the first pages. Easy for me to see if I want to buy the book or not. When the first pages hook me right away, I don't need to think twice. This book is one of them.  This contains spoiler of course.  Nora, the main character, like many of us, fall into depression and decided to kill herself. But she's not dead right away. She went into a kind of limbo between life and death. In that library she met a librarian, this librarian is a kind of a guide. Our guide that probably tasked when we were born.    The librarian shows her lives that she could have had if she wants to. She is so depressed and thinks that no life will makes her happy enough to live it. I can totally understand her state. I was there....

Seolah Kalian Tau Segalanya


'Ihiw, ada bahan obrolan baru buat dianalisa dan dinyinyirin nih. Si dia mau kawin sama bule. Duitnya banyak kali. Ato kalo gak gitu yaaa dia cuma buat mainan aja'

Kita nggak akan pernah memuaskan hasrat banyak orang demi membuat mereka semua senang. Jika kita ingin membuat pasangan hidup kita bahagia, ya wajar, ya normal. Tapi tidak untuk membuat para suporter ataupun hanya penonton dalam hidup kita bahagia juga kah? Toh dari setiap langkah yang kita ambil, benar maupun salah juga masih saja bisa diambil celah salahnya untuk diwejangi ala mereka. Atau lebih bekennya, dinyinyirin.

Mungkin beberapa tulisan saya tentang menikahi WNA banyak yang terdengar 'keras', maafkan saya yang sedang jengkel-jengkelnya. Menikah dengan orang yang berbeda yang datangnya ribuan miles jauhnya dari Indonesia juga bukan hal yang mudah, you know! Tapi orang dengan mudahnya saja melihat kita yang sedang jalan berdua dan bertanya, atau nyeletuk istilahnya, 'Guidenya ya mbak?'. Guide mah bagus. Sesekali pernah dikira pembantunya. Pun pernah disebut 'slut'. Gara-gara warna kulit yang beda, warna mata yang beda, tinggi badan yang beda, dikiranya kita orang Indonesia ini nggak lebih baik dari mereka kaum kaukasoid.

Hey, kalian itu sesama orang Indonesia, bukannya mendukung mendoakan malah menyengsarakan. Mendewakan mereka yang bermata biru serta berkulit pucat. Berkulit coklat itu bagus kok. Sehat. Pigmen kita ini sehat, nggak gampang kena kangker kulit (naudzubilah). Kenapa sih tolak ukur kalian dangkal banget cuma kisaran warna dan fisik?

Makanya tiap hari tuh baca bacaan yang berbobot, jangan bacaan isi gosip, memecah belah, memuat SARA aja! Inferiority complex kok dipiara sih. Mau-maunya merendahkan diri cuman gara-gara perbedaan fisik. 

Ini masih suami aja nih, belom ada anak. Anak juga gitu, didoain baek sama temen ehh ujung-ujungnya 'semoga kayak bapaknya ya'. Lah situ kata saya yang berkulit coklat ini nggak pantes apa urunan dalam hal fisik dan karakter anak? Anak juga anak sapa? Bukan anak lo kan?! Semoga aja ntar kalo emang anak-anakku lebih cenderung ke genetik bapaknya, semoga deh nggak ada yang bilang aku baby sitternya anakku. Ngebayangin aja udah sedih tau 😖

'Yah nikah sama bule sih, paling juga cuman dibuat mainan doang'. Naudzubillah! Amit-amit jabang bayi lanang wedok!!! Semoga yang bilang begitu, nggak bahagia idupnya. Orang nikah bukannya di doain yang baek-baek malah digituin. Situ punya otak nggak sih? Mulut itu disingkronkan dulu sama otak, jadi biar nggak asal jeplak aja. Sumpah untuk hal ini saya bener-bener dibikin sakit hati. Luar biasa. Kepikiran dan jadi beban sampai sekarang, sembari mikir 'orang itu jahat banget ya, tega bilang gitu'. Tapi seorang teman menenangkanku dan mengatakan 'nggak usah digubris, orang kalo referensinya sinetron, infotainmen aja ya gitu deh mikirnya. Ujung-ujungnya jelek mulu pikirannya'.

Kalian nggak pernah tau gimana beratnya memperjuangkan hubungan cross cultural ini. Kalian nggak tau juga gimana beratnya adaptasi satu sama lain dengan segala perbedaan aspek yang jauh lebih mencolok. Kalian nggak tau rasanya LDR dengan kondisi lingkungan kerja suami yang nggak seaman lingkungan kalian. Kalian nggak akan pernah tau karena kalian emang nggak akan pernah dengerin. Yang kalian bisa hanya menghakimi dan memberi wejangan seolah kalian tau segalanya.

Rumus kehidupan kalian beda dengan rumus kehidupan saya. Tujuannya apa sih? Hidup bahagia kan? Mencari satu jawaban benar dalam matematika saja bisa melalui banyak rumus dan cara. So please, kalian nggak usah sok tau dan sok menghakimi. Apalagi diikuti dengan pertanyaan lanjutan 'udah isi?'. Terima kasih.



Semoga tuhan selalu melimpahkan kasih sayangnya kepadaku dan suami serta keluargaku. 

Comments

  1. wong2 iku gemberah ae kok
    wis biyasahhh iku
    gak usah direken mbak, sing penteng seneng

    ReplyDelete
  2. Woalah, baru tau aku wkwk. Pertanyaanku di postingan sebelumnya udah kejawab disni hehe

    ReplyDelete
  3. Woalah, baru tau aku wkwk. Pertanyaanku di postingan sebelumnya udah kejawab disni hehe

    ReplyDelete
  4. ya allah pris aku ngakak pas kamu bilang "emang aku ga boleh urunan" bikin anak? ya allah..
    mulut nyinyir berapa sih harga bahagianya, boronga aja sekalian pris biar abis dan ga punya bahagia mereka... palong mureeeee. bahahahahha

    btw congraats kalian berdua, aku liat potonya bikin terhuraaa,, eh terharu
    congrats congrats congrats

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mau ikutan mborong ga may? Lagi promo lebaran kayaknya haha

      Delete
  5. Pancal sendal wae mbak wong koyok kui

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sendalku luweh larang mas timbang sendale syahrini. Eman 😂

      Delete
  6. hihi, beberapa hal aku dapatkan dari tulisan ini. It's amazng dan kulihat tutur jawa apa sundanya kentel banget yah .

    ReplyDelete

Post a Comment

Share your thoughts with me here

Popular posts from this blog

Pengalaman Bikin (Free) Schengen Visa di VFS Swiss

I know this is so normal but anyway I like to compare the experiences because people might have different cases and because I have nothing to lose so... here's my experience for applying Schengen Visa via Swiss (VFS). Kenapa nggak via Belanda? Karena rencana kita berkunjung lamanya ke Geneve - Swiss (ada urusan kerjaan suami gw) dan kami belum tau akan ke Belanda apa nggak saat itu (nggak jadi sih soalnya mepet banget).  Seperti yang sudah sering dibahas orang lain perihal syarat dan ketentuan apply Schengen visa, gw nggak akan nulis itu ya. Udah ada di website VFS, lengkap. Gw cuma tambahin dikit-dikit aja infonya yang mungkin sama seperti kasus yang baca kalo emang kebetulan sama sih 😂 "Ok jadi total pembayarannya 280 ribu rupiah ya" "HAH?? Cuma 200an mbak??? Visanya gratis???" "Suaminya masih WN Belanda kan mbak?" "Iya" "Oiya itu gratis, bisa pake visa tipe C. Jadi cuma bayar biaya admin aja" ...

Not A Robot

  There are so many things I did recently. It was all started since February. Not to complain about this, I just want to write it to release the stress. Because I know every choices has its own risks. Started from January, I commits to work on another blog of mine. Joining with another friend, we are committed to post at least one writing every week with different theme each week. This is still under construction *ahem, ini bukan bangunan* to make it good to read at. I will publish it here once it is ready to be published. We both are trying to be consistent. So far, I have been consistent and always post one every week. After decided to get married, I realize that it won't be that easy. No matter what, marrying someone never be easy. About the preparation and this and that. To be honest, I will not having a big feast for that. I will invite my close friends and family, although I still have to respect what my parents want to invite the neighbors (one block neighbors are tota...

[Book] Dunia Cecilia

'apakah kalian membicarakan hal semacam itu di surga?' 'tapi kami berusaha tidak membicarakannya dekat-dekat Tuhan. ia sangat sensitif terhadap kritik' Yap, sepenggal dialog antara Cecilia dan malaikat Ariel. Saya mengenal Jostein Gaarder sejak kuliah. Ehhhh 'mengenal' dalam artian kenal bukunya ya, kalo bisa kenal pribadi mah bisa seneng jingkrak-jingkrak hehehe. Jadi karena teman saya mendapat tugas kuliah membaca satu novel filsafat berjudul Dunia Sophie, saya jadi sedikit mengetahui si bapak Gaarder ini. Enak ya tugasnya anak sastra baca novel, tugas anak matematika ya baca sih, tapi pembuktian kalkulus -_- Dunia Cecilia ini buku pertama Jostein Gaarder yang saya baca, karena buku Dunia Shopie sangatlah berat berdasar review teman saya. Saya sih nggak perlu baca buku itu karena teman saya sudah benar-benar mahir bercerita. Jadilah saya sudah paham bener cerita Dunia Sophie tanpa membacanya. Novel ini atas rekomendasi teman saya, dia bilang kala...