Balinese is a lot of thing, but one thing for sure that they work efficiently when it is related to the documents. Gw selalu kasih tepuk tangan meriah kalau urus-urus dokumen di Bali tuh serba cepet banget. Di Denpasar ya terutama karena gw tinggal di sini. Nggak tau lagi kalau di daerah lain. Ini testimoni gw yang tiap tahun harus urus dokumen visa suami, tiap tahun harus ke Dukcapil, Polres, wira-wiri di desa urus printilan. Akhirnya tahun ini gw putuskan untuk pindah domisili ke Bali. Yeay. Bukan tanpa alasan, tapi karena untuk menjamin KITAP, gw harus domisili Bali. Suami gw udah terdaftar di Imigrasi Bali. Jadi daripada gw harus pindahin dia ke domisili asal gw, yang mana gw udah nggak tinggal di sana hampir 20 tahun, ya lebih baik gw yang pindah. Ternyata, pindah KTP tuh gampang banget ya. Gw kira gw harus pulang dulu ke domisili untuk cabut berkas. Setelah tanya langsung ke domisili asal gw (Pake WA dan jawabnya nunggu lama banget), mereka bilang untuk urus surat SKPWNI (Su
Sebelum menginjakkan kaki di Istanbul, jelas lah kita napak kaki dulu di bandaranya ya. Soale kita terbang cui, kecuali kalo kita jalur darat dari Siria uhhh. Okay... kali ini saya cuma nulis hal-hal yang tampak mata dan nggak semuanya menyenangkan tentang Istanbul. Kotanya cantik sih, saya akui cantik dan saya suka apalagi sejarahnya. Nah pertama kita napak kaki dulu di bandara ya. Sumpah demi apapun, antrian customnya panjang banget. Mungkin sekali antrian kita ma Eh tapi ada lho yang begitu. sedih liatnya. suk, kita harus menanti ratusan orang didepan kita. Kita 2 kali antri custom sekitar 20 menit. Termasuk leletnya petugas imigrasi cek visa dan paspor kita. Suami sih prosesnya cepet (mungkin karena doi orang EU ya), saya butuh hmmm 3-5 menit ketika pertama kali masuk imigrasi Istanbul. Sampai depan mas loket imigrasi juga deg deg ser, jangan sampe lah suruh balik visa suruh pake VoA bisa nangis ditempat ini. Antrinya panjang bener. Singapura juga rame lho, tapi cepet prose