It is one of the books that blown my mind. It's very well written and would probably relate with a lot of people who are in their journey to find themselves. So many people are talking about it but I did not buy it until a few months ago where I read the preview on the first pages. Easy for me to see if I want to buy the book or not. When the first pages hook me right away, I don't need to think twice. This book is one of them. This contains spoiler of course. Nora, the main character, like many of us, fall into depression and decided to kill herself. But she's not dead right away. She went into a kind of limbo between life and death. In that library she met a librarian, this librarian is a kind of a guide. Our guide that probably tasked when we were born. The librarian shows her lives that she could have had if she wants to. She is so depressed and thinks that no life will makes her happy enough to live it. I can totally understand her state. I was there....
Beberapa waktu yang lalu, salah satu teman ini nanya "Lu tau kampung heritage nggak? Yang ada di Malang?" Hohhh dimana yo?? Kagak tau dah. Nah pas maen kerumah temen, tak disangka tak dinyana rumah Desi disitu! Ya baru ngeh soalnya baru ada tulisan "WISATA KAMPOENG HERITAGE MALANG" di tembok depan rumah Desi. Beberapa kali kesana kok nggak ngeh kalo ada tulisan itu 😂
tulisan ini lho! Sumpah nggak ngeh 😂 tapi kata Desi emang baru sih
nama-nama permainan jaman lawas. yang rumah kuning itu rumah 1870 tercatat sebagai rumah tertua di kampung ini
gobak sodor apa go back to door hayoo??
Bulan April lalu, ada event di Kota Malang judulnya #SaveMalangHeritage. Berniat datang kesana, tapi ternyata gw bangun kesiangan 😅 not a morning person anymore btw. Yasudah acara lewat gitu aja. Nah kan minggu kemaren ini karena gw udah tau kalau rumah Desi ada di dalem Kampoeng Heritage, jadilah gw kesana bareng Sunan ini yang plek gw lah kalo soal vintage gitu.
Rumah Namsin. I was directed by a super perfectionist photographer. Gimana gaya gw? Persis emoji ini 😏 nggak ?
Rumah Namsin
ngecatnya belum kelar ya, pas foto dibilangin sama tukangnya "Mbak ati2 yo iku jek tas tak cat" 😂
Kita tadinya coba telusuri satu persatu dimulai dari gang rumahnya Desi, muter-muter situ kata mamaknya Desi kalo yang di gang 2 sama sebelah lebih bagus lagi. Akhirnya jalan lah kesana. Memang sih nggak semua rumah di kampung ini rumah lama, hanya ada beberapa aja yang didaulat sebagai rumah jaman lawas banget diantaranya Rumah 1870 warna kuning (yang kita mau foto trus gegara pagernya miring malah nggak jadi kita foto. geblek 😐), Rumah Namsin, pasar krempyeng (yang waktu kita kesana nggak ada apa-apanya, cuman pas event April aja dipake), dan banyak lainnya. Tapi karena kita bertiga buta arah bahkan si Desi yang tinggal disana aja nggak tau jadi kita nggak eksplor terlalu dalam.
travelingyuk.com
depan salah satu toko pasar krempyeng. sorry itu bukan ikutan sponsor rokok ya 😉
Berbeda dengan rumah-rumah kolonial di daerah Jalan Ijen yang cenderung megah mewah dengan halaman super luas dan rumah yang super gede, rumah-rumah disini adalah rumah kolonial khas kampung. Namanya juga kampung, ya bener-bener khas perkampungan dengan jalan yang sempit. Tapi seru kok jalan-jalan sore disini. Bisa sehat ya karena jalan lumayan panjang dan juga nyari rumahnya juga nyempil-nyempil butuh peta khusus wkwkw.
kalo dipikir-pikir lagi, kos gw di Malang dulu selama 6 tahun juga bentuknya begini. khas pagar sekaligus dudukan begini, ditambah bunga-bunga juga. Pantesan gw betah banget ya di kos itu dulu. kok sadarnya telat eeee 😂
Pemkot meresmikan Kampoeng Heritage ini sebagai salah satu destinasi wisata baru. Syukur-syukur kalo ntar jadi seperti Kampung Warna warni Jodipan yang ramai pengunjung. Karena salah satu tujuan diresmikannya wisata baru ini agar menambah penghasilan warga sekitar juga. Meskipun dari kunjungan kemarin rasanya masih belum terkoordinasi dengan baik sebagai tujuan wisata. Padahal sudah 4 bulan sejak diresmikan. Dan kemungkinan juga warga sekitar masih belum paham potensi kampung ini jika diolah dengan lebih serius.
Rumah depan pertigaan Jenki. Ini Sunan, fotografer perfeksionis yang gw kenal lol
Pecinta sejarah, bangunan vintage, serta pengejar OOTD buat ngisi feed instagram pasti suka ke kampung ini. Dari dulu kebetulan gw suka banget sama hal-hal vintage atau lawas gitu. Dan bojoku kebetulan suka juga barang-barang vintage lawas ala kolonial alias ala negaranya. Jadi sering banget berburu bangunan-bangunan tua gitu. Sekitar Malang tengah kota udah ditelusuri, Surabaya juga. Nah yang pengen gw telusuri selanjutnya ini Semarang. Konon katanya banyak banget bangunan lawas disana, ala-ala Belanda gitu. Hun, ke Semarang tah iki ayok?
Jangan lupa juga kalo maen ke Malang, eksplor Kampoeng Heritage ini ya. Itung-itung selain belajar dan mengenal bangunan serta apapun yang lawas, kamu juga bisa jadi membantu perekonomian warga sekitar lho. Btw Kampoeng Heritage ini bersih banget lho. Serius!
bersih kan?
Btw kasih rekomendasi dong kota mana yang banyak bangunan lawas bersejarahnya 😁
Orag ya, jane kui tukange pengen ngomong: 'Kene mbak tak cet sisan gen berasa heritage...'
ReplyDeletehuahahhahahasyemmm!!!!!
DeleteWuiih cakep-cakep bangunan vintagenya ini ! ...
ReplyDeleteSayang ya waktu aku ke Malang kemarin ngga tau info kampung ini, kak.
wahh harus kesini kakak. Malang raya skrg mulai peduli sama wisata heritage lho :)
DeleteMantap !.
DeleteTerus terang aku salut dengan kepedulian pemda di beberapa kota, termasuk kota Malang ini ikut tergerak melestarikan bangunan-bangunan kolonial dan heritage.
Siip, lokasi kampung wisata Heritage ini kumasukin catatan dan akan kudatangi saat ke Malang lagi ntar.
Iya kaka aku jg seneng malang udah mulai peduli sama heritage, beberapa jg direstorasi jd lebih terawat gt.
DeleteJgn lupa pkoknya kl kesini kudu eksplor heritage nya Malang 😁