Skip to main content

Write Down Your Dreams, They Said.

Moscow Yes, all things I have and I do right now is all the things that I have written down on papers, during my sleeps, in my consciousness, in my visions. So let's do that again here.  I have another dream that I really think of. It's the thing I want to do when I have so much money, or enough money, or when money doesn't matter anymore, or who knows!  I wanna build a school for kids who can't afford to go to school. I want them to pay nothing, and I want them to learn the basic things like how to respect others, how to tell people their ideas/opinions, familiarize them with being kind, how to think logically, how to solve problems, etc. All the basic survival things in life.  I think my passion is always in education, but I don't always like to follow the old-school rules. There are so many important things we don't learn at school that I think should be taught there. Once we graduate from school, we usually don't know how to navigate life. Who taught you...

Book : Semakin Dalam Di Jejak Langkah

 

Buku ketiga dari Buru Tetralogi ini lebih berat dari Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa. Disini banyak disinggung tentang Multatuli yang mengungkap "kotornya" birokrasi. Kotor disini tentu saja soal korupsi. Semakin dalam membaca ternyata semakin paham kalo kemungkinan besar korupsi ini "warisan budaya" kolonial.

Buku ini pun mengatakan bahwa kolonial berhutang banyak gulden kepada Hindia Belanda atas semua hitungan 'meleset'nya penerimaan pajak dan penyalurannya. Siapa yang nggak mau untung banyak? Ya kolonial menang banyak. Bahkan kalau mau benar-benar dihitung, bisa jadi mereka kalah. Tapi nggak mungkin kan diusut karena kolonial tau kalau mereka bakal ketauan salah dan memungkiri itu. Jadi yaaa, lenyap begitu saja.

Disini Minke kawin setelah ditinggal Annelies yang Indo dia kawin dengan yang orang tionghoa. Lagi-lagi pula dia ditinggalkan karena istrinya sakit (kemudian kawin lagi dengan Prinses yang ntah darimana tapi yang jelas dia berpendidikan karena bisa membantu bisnis Minke). Disitu ada pernyataan mamaknya yang bilang kok kamu lebih suka sama yang bukan pribumi itu kenapa sih? Minke secara garis besar jawabnya, karena mereka nggak perlu menyembah-nyembah, ndelosor menggeret kaki hanya karena jabatan atau status yang harus dihargai. Karena menghargai orang pun bukan dengan cara klasik yang harus sembah menyembah seperti yang dilakukan di Jawa. Minke paling anti ndelosor-ndelosor seperti itu. Minke benci ke patriaki an bapaknya terhadap ibu dan anak-anaknya. Minke menampar gw lagi nih, salah satu alasan gw nggak kawin sama lelaki sebangsa juga karena itu (jangan digeneralisasi kalau semua lelaki di sini condong ke patriaki, nggak semuanya).

Minke berani betul ya ambil keputusan untuk sekolah kedokteran meskipun passionnya nggak disana karena dia mikir bisa jadi nanti yang dibutuhkan rakyat sini sebetulnya adalah aku untuk jadi dokter pribumi dan melayani mereka yang tak mampu berobat seperti orang totok. Lucunya, waktu di STOVIA Minke diminta berpakaian seperti orang pribumi yang nggak boleh pake sandal, pake baju ala Jawa, ntah kenapa gw bisa rasain betapa depresinya Minke yang dilarang mengenakan pakaian atau apapun yang dia kehendaki tanpa harus menuruti aturan berdasarkan rasnya. Lagi-lagi gw bisa rasain gimana jadi di posisi Minke kali itu. Minke mungkin lahir bulan Agustus lol! Rebel!

Tapi Minke cukup berani bisa mendirikan kantor beritanya sendiri meskipun ya harus dipecat dari sekolah kedokteran. Minke berani mendirikan organisasi yang awalnya debat juga mau pake bahasa apa. Bahasa Belanda, ini ditujukan buat organisasi pribumi. Sedangkan kalau Bahasa Jawa, anggotanya nggak hanya orang Jawa. Debat kusir sana sini akhirnya diputuskan untuk menggunakan bahasa Melayu sekolahan (bukan yang pasar) sebagai bahasa pengantar.

Korannya pun didapuk sebagai koran pertama yang menggunakan bahasa pribumi yang dicetak dengan huruf yang cukup besar. Mungkin terlihat kurang etis dari segi presentasi tapi alasannya sangatlah masuk akal. Untuk pembaca yang tak mampu membeli kacamata, sehingga koran harus dicetak dengan huruf besar agar mereka juga bisa membaca.

Sejak itu kegiatan Minke dalam tulis menullis menjadi makin intens menyebarkan berita tentang apa yang terjadi. Semacem peduli amat sih sama aturan ga masuk akal yang dibikin kolonial dan "adat" yang nggak memanusiakan manusia. Kata bundanya "Tidak ada yang memperhatikan nasib petani selain kamu, ngapain kamu memperhatikan mereka. Mereka memang nasibnya seperti itu dan harus menghormati para priyayi dan pimpinan". Pernyataan itu cukup untuk menggambarkan betapa nasib manusia hanya ditentukan dengan derajat yang dimilikinya. Kalau beruntung ya terlahir sebagai priyayi, tapi kalau nggak beruntung ya selamanya jadi golongan bawah di kaum petani dan semakin dekat ke tanah semakin rendah harkat dan martabatnya sebagai seorang manusia. Mereka terlahir sebagai "budak" yang harus mematuhi tuannya dan tidak memiliki hak untuk berbicara dan berpendapat. Bersyukur ya hidup di jaman modern ini, yang nggak harus ngesot untuk menyatakan bentuk hormat kepada pimpinan.



Posisi Minke jelas berbahaya bagi beberapa orang yang jabatannya diatas. Karena tipe seorang Minke adalah pemberontak terhadap hal-hal yang tidak memanusiakan manusia. Disitu gw mikir kalau sebenernya kita juga masih butuh orang-orang seperti Minke di era sekarang pun.

Gw benci banget politik, tapi gw bukan orang yang anti politik. Gw tahu politik itu kotor, keras dan jilat menjilat. Tapi untuk membersihkan rumah yang kotor kita harus masuk ke rumah tersebut dan mulai menyapu mengepel rumah tersebut bukan?

Comments

  1. Menarik banget review-nya, thank you ya, ringkasannya jelas jadi tahu kalau ada yang ga suka kawin ama pribumi biar ga ndelosor geretgeret kaki nyembah2 buat sebuah keingingan atau jabatan...Anyway Pram emang gitu bahasanya, hal yang sama juga terungkap waktu dia menjelaskan tentang pribumi di bukunya Arok Dedes

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya bahasanya pram bikin jatuh cinta. skrg masih baca buku keempat tetralogi buru, nanti aku baca yg arok dedes juga. Kayaknya menarik banget ya :)

      Delete
    2. Bener mbak, saya cinta banget...ntar baca juga deh Gadis Pantai..
      Ditunggu review berikutnya...

      Delete
    3. akan kubaca semua bukunya pram :D sudah terlanjur jatuh cinta soalnya hehe

      Delete
    4. Arok dedes saya juga punya. Pokoknya semua bukunya menarik ,walau awal mulanya bingung dengan makna dan arti kosa kata bahasanya.

      Delete
    5. ah disini pun banyak digunakan kata2 yang harus mikir dulu artinya apa. mungkin krn emg beda jaman, tapi seruuuu. ntar taun depan baru beli arok dedes. skrg diselesein dulu deh rumah kaca nya hehe

      Delete
  2. Ulasan reviewnya mantap sekali. Saya benar-benar kalah. Saya hanya mereview secara keseluruhan dari empat buku tersebut. Bagi saya politik adalah sebuah seni. Dan pastinya harus bisa juga bersandiwara.

    ReplyDelete
    Replies
    1. waduh reviewnya cuma ala saya dan dari sudut pandang saya hehehh

      politik itu seni betul, krn kudu pinter sandiwara ya :D
      ada niat terjun ke dunia sandiwara bang?

      Delete

Post a Comment

Share your thoughts with me here

Popular posts from this blog

Write Down Your Dreams, They Said.

Moscow Yes, all things I have and I do right now is all the things that I have written down on papers, during my sleeps, in my consciousness, in my visions. So let's do that again here.  I have another dream that I really think of. It's the thing I want to do when I have so much money, or enough money, or when money doesn't matter anymore, or who knows!  I wanna build a school for kids who can't afford to go to school. I want them to pay nothing, and I want them to learn the basic things like how to respect others, how to tell people their ideas/opinions, familiarize them with being kind, how to think logically, how to solve problems, etc. All the basic survival things in life.  I think my passion is always in education, but I don't always like to follow the old-school rules. There are so many important things we don't learn at school that I think should be taught there. Once we graduate from school, we usually don't know how to navigate life. Who taught you...

Jumat ceria

Hari ini memang bukan hari jumat, tapi cuman mau bilang aja sih kalo hari yang paling aku tunggu-tunggu itu hari jumat. Why?   Karena jumat itu selalu ceria, kalopun ada meeting besar pasti di hari jumat dan banyak cemilan, orang-orang pada berangkat sholat jumat, yang nasrani juga mengikuti misa di kantor, bisa pake baju bebas dan bebas berekspresi sepuas-puasnya, dan..... bisa video call sepuasnyaaaaaa kapanpun karena dia libur kerja 😍😍 gambarnya lucu 😁  taken from internet

Dapet Visa UAE (Dubai) Gampang Banget

Dubai creek Beberapa waktu yang lalu, kita pusing berat karena H dapet libur kali ini cuman 10 hari. 10 hari dari yang biasanya 14 hari. Akhrinya diputuskan untuk tetap mengambil libur tapi nggak ke Indonesia.  Ternyata, beberapa hari kemudian, dia bilang, kalau liburnya malah jadi 7-8 hari aja. Mau ga mau saya yang harus kesana. Maksudnya terbang mendekatinya. Udah milih-milih negara mana yang harganya rasional, yang ga banyak makan waktu buat terbangnya H, dan tentunya ga ribet urus visa buat pemegang paspor hijau yang ga sesakti paspornya H.  Btw warna paspor Indonesia jadi biru ya sekarang?? Pilihan jatuh ke Dubai. Pemegang paspor hijau harus bikin visa, ya pusing lagi deh cara bikin visa Dubai nih gimana. Apa iya sesusah bikin visa schengen, visa US, visa lainnya. dari persyaratan sih standar ya, termasuk  record  bank account selama 3 bulan. Emang nggak pernah bikin visa Dubai sebelumnya ya, apalagi H yang paspornya super sakti kemana-mana (hampir) ga perlu vis...