Balinese is a lot of thing, but one thing for sure that they work efficiently when it is related to the documents. Gw selalu kasih tepuk tangan meriah kalau urus-urus dokumen di Bali tuh serba cepet banget. Di Denpasar ya terutama karena gw tinggal di sini. Nggak tau lagi kalau di daerah lain. Ini testimoni gw yang tiap tahun harus urus dokumen visa suami, tiap tahun harus ke Dukcapil, Polres, wira-wiri di desa urus printilan. Akhirnya tahun ini gw putuskan untuk pindah domisili ke Bali. Yeay. Bukan tanpa alasan, tapi karena untuk menjamin KITAP, gw harus domisili Bali. Suami gw udah terdaftar di Imigrasi Bali. Jadi daripada gw harus pindahin dia ke domisili asal gw, yang mana gw udah nggak tinggal di sana hampir 20 tahun, ya lebih baik gw yang pindah. Ternyata, pindah KTP tuh gampang banget ya. Gw kira gw harus pulang dulu ke domisili untuk cabut berkas. Setelah tanya langsung ke domisili asal gw (Pake WA dan jawabnya nunggu lama banget), mereka bilang untuk urus surat SKPWNI (Su
Masih tentang Yangon kemarin, ngomong-ngomong, Yangon ini kota yang ketika dikunjungi tuh rada susah nyari yang namanya souvenir. Gw bukan tipe orang yang suka beli-beli souvenir buat orang sekampung sih tapi gw selalu usahain beli buat orangtua gw dan juga om gw. Udah itu berdua doang, gw bahkan jarang banget beli buat gw sendiri kecuali kalo butuh dan unik. Cuma di Bangkok kemarin aja sih yang gila-gilaan belanjanya gw. Pertama kali khilaf 😁
Karena kegiatan belanja, beli-beli, liat-liat souvenir ini selalu nggak ada di agenda suami gw, jadilah gw slalu curi-curi waktu buat nginguk toko souvenir. Ini pertama kalinya rada susah nemuin toko souvenir ya di Yangon ini. Nggak ada tuh yang pinggir jalan toko souvenir berantakan gitu. Waktu coba cari, nemu satu yang menurut orang banyak ini pusatnya belanja barang-barang dari Myanmar.
Bogyoke Market namanya.
Pasar ini, yang kusuka tentu bangunannya dong. Bangunannya ala Inggris karena memang dibangun di masa kolonialisasi Inggris. Dulunya juga dipakai untuk pasar tapi ketika terjadi transisi kekuasaan ke Myanmar, pasar ini ganti nama jadi Bogyoke (baca : Bo cho).
lacquerware
Yang jadi andalan pasar ini adalah batuannya. Batu batu dari yang KW 1,2, Super hingga yang asli ada. Tapi bisa dilihat lah ya, kalo asli harus ada lisensi resminya. Dan itu, yaaa agak susah kalau belum cari yang sudah direkomendasikan. Selain batu-batuan ada juga lacquerware, ada juga longyi, banyak lah. Untuk harga lacquerware menurutku agak mahal sih, harganya sekitar 50 ribu sampai ratusan ribu tergantung besar kecil barangnya. Tapi lacquerware ini lucu gambarnya.
Nah gw juga dapet longyi sepasang, harganya 14ribu Kyat atau setara dengan 140ribu rupiah. Cantik longyi nya, gw bakal pake buat kondangan LOL.
Kalo mau yang lebih gampang lagi buat belanja, bisa mampir di New Bogyoke Market yang ada di seberangnya pas. Tapi disitu lebih banyak baju-baju aja sih. Gw lebih suka yang pasar lama, karena lebih krasa tuanya 😀 Lebih dapet feel heritage nya.
Kok aku ndelok bangunane koyok Kota Lama Semarang yah. Bagus bangunan tuanya tapi gak terawat
ReplyDeletepersis!!! bangunannya bagus2 di yangon itu, ya bangunan kolonial kan slalu lucu asik gt kan cm krg perawatan kayak masih blm ada yang restorasi gt. jadie yaaaa agak rusuh ga elok gt di liak
Delete