Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2019

Cara Memilih Bacaan

Pulang - Leila Chudori Pengalaman gw mulai menyukai membaca karena bukunya yang bagus. Kata orang jangan judge buku dari sampulnya. Gw termasuk orang yang suka judge buku dari sampul. Tapi itu bukan hal yang utama dong tentunya. Itu hanya ekstra poin aja.  Pertama kali gw baca buku dan tiba-tiba suka adalah saat papa yang waktu itu pulang, bawain gw buku ensiklopedia yang isinya sejarah dan astronomi. Itu yang bikin gw langsung suka baca, karena materinya bikin gw berbinar. Itu juga awal mula gw suka astronomi.  Perjalanan sebagai pembaca tentu saja lama sekali. Beberapa genre gw coba baca, kadang suka, kadang nggak suka. Hingga akhirnya gw tau apa yang bikin gw akan baca buku itu.  "Halaman pertama tulisannya" Gaya menulis orang itu pasti selalu berbeda. Meskipun mirip dengan yang lain, pasti akan ada karakter pembedanya. Itu biasanya terlihat dari halaman pertama tulisannya. Bayangkan, meski materinya bagus tapi penyampainya nggak bagus juga nggak akan nyangkut di pemb...

Menengok Karya Blanco

Balinese woman - taken by husband in Ibu Susu cafe Karena sendirian dan penasaran, berjalanlah kaki ini menuju Blanco Museum. Seorang daku yang ga paham soal lukisan (mertua gw pasti demen kalo dibawa kesini), mendatangi sebuah museum yang berisikan lukisan (?). Ceritanya sih Antonio Blanco ini ke Bali sekitar tahun '52, kemudian Raja Ubud yang baik hati memberikannya sepotong tanah untuk dijadikan rumah dan studionya. Letaknya ya di tempat museum ini berada, di seberang Tjampuhan. Btw di Tjampuhan ini dulu si Walter Spies juga punya rumah yang akhirnya pindah karena udah terlalu "berisik" banyak pengunjung. Ubud ini sepertinya magnet buat pekerja seni banget (atau seluruh Bali?). Blanco punya anak 4 dan yang mewarisi bakatnya cuma satu katanya. Dan Blanco meninggal akhir tahun 90an di usia yang cukup tua, sekitar 80 sekian. Coba kalau mau info lebih lanjut soal Blanco bisa datengi web nya aja disini . Nah apa yang kutangkap dari melihat fotonya Pak Blanco ini...

Aturan Plastik di Bali

  Seperti yang pernah terjadi, beberapa tahun lalu sudah ada aturan terkait penggunaaan tas plastik untuk belanja yang berbayar 200 rupiah. Iya sempet seneng banget akhirnya plastik berbayar meskipun murah banget (dan tentu sangat terlampau mampu membelinya). Tapi ternyata hangat seperti tahi ayam saja. Beberapa bulan setelah itu mereka membebaskan plastik berbayar tersebut. Lalu, Pemerintah Bali memutuskan untuk sangat membatasi penggunaan plastik di pulau dewata ini tercatat sejak Januari 2019. Sempet (meskipun sedikit) agak skeptis ya, Ah jangan-jangan juga hangat-hangat tahi kucing juga. Dan... ternyata, sekarang Maret 2019, nggak ada pertanyaan "Mau pakai plastik?" di minimarket. Rasanya mulut ini otomatis menjawab "nggak usah plastik" tapi kok pas abis beli ada yang kurang, apa ya... Ternyata, memang orang Bali tercatat taat dalam menjalankan aturan tanpa plastik tersebut. Beberapa minggu di Ubud ini, selain nggak pernah dapet plastik dari minimarket me...