kotak sumbangan Beberapa hari lalu ada twit yang menyebutkan kalau semuanya sudah serba cashless dan banyak tempat yang nggak menerima uang tunai sebagai pembayaran. Twitnya rame. Hal ini sudah beberapa kali gw amati, pernah waktu makan di kafe dekat rumah niat hati pengen bayar pakai tunai eh harus pakai QRIS atau cashless. Bikin gw agak heran karena kok gw pengen bayar tunai tapi malah gak bisa. Iya memang gw sering banget cashless untuk sehari-hari. Tapi bukan berarti kita nggak boleh atau nggak bisa bayar pakai tunai juga kan? Kenapa ya kesannya sekarang kita udah perlahan menghilangkan uang tunai untuk pembayaran? Bukannya uang tunai adalah alat pembayaran yang sah juga ya? Iya tau, praktis banget kalau cashless tuh, terutama untuk pembayaran yang berjuta-juta. Tapi di sisi lain, uang tunai tuh masih sama berharganya. Gw nggak tahu dari sisi pebisnis yang hanya mau terima cashless aja. Coba bayangin, orang-orang tua yang nggak paham gimana cara bayar cashless, atau ada turis
Inget nggak kemarenan yang heboh banget langit birunya Jakarta? Hal itu bikin gw nyadar sesuatu, Bali langitnya nggak pernah nggak biru hey! Kadang kita take it for granted aja kan, karena diliatin tiap hari gitu. Trus gw jadi inget pertama kali tinggal di Bali yang gw beli adalah kacamata hitam. Silaunya bukan main, tapi langitnya birunya maksimal. Gw tinggal di Denpasar yang bisa dibilang jarang hujan. Ujan aja sekadar ciprat-cipratin air aja deh biasanya. Tapi akhir-akhir ini ujannya lebih sering dan lebih deres. Mungkin bumi sedang membaik atau apa gw nggak paham deh. Tapi, abis ujan deres begitu, langit langsung balik lagi jadi biru. Seolah tidak terjadi apa-apa begitu. Pernah tahun lalu hujan sampai banjir di kantor. Kantor nggak pernah banjir, baru kali itu. Bener-bener deres banget, banjir. Setelah satu jam, teriknya bukan main eh. Langit jadi biru lagi. Seringkali ketika gw sedih atau agak bosen gitu, gw tinggal keluar aja nengok ke atas. Yang gw ucapin pasti "WOW bi