Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2021

Urus Pindah Domisili ke Denpasar - Bali

Balinese is a lot of thing, but one thing for sure that they work efficiently when it is related to the documents.  Gw selalu kasih tepuk tangan meriah kalau urus-urus dokumen di Bali tuh serba cepet banget. Di Denpasar ya terutama karena gw tinggal di sini. Nggak tau lagi kalau di daerah lain. Ini testimoni gw yang tiap tahun harus urus dokumen visa suami, tiap tahun harus ke Dukcapil, Polres, wira-wiri di desa urus printilan.  Akhirnya tahun ini gw putuskan untuk pindah domisili ke Bali. Yeay.   Bukan tanpa alasan, tapi karena untuk menjamin KITAP, gw harus domisili Bali. Suami gw udah terdaftar di Imigrasi Bali. Jadi daripada gw harus pindahin dia ke domisili asal gw, yang mana gw udah nggak tinggal di sana hampir 20 tahun, ya lebih baik gw yang pindah.  Ternyata, pindah KTP tuh gampang banget ya. Gw kira gw harus pulang dulu ke domisili untuk cabut berkas. Setelah tanya langsung ke domisili asal gw (Pake WA dan jawabnya nunggu lama banget), mereka bilang untuk urus surat SKPWNI (Su

Rambut yang Menyuburkan

Awal bentukan sansiviera gw. Bukan, bukan rambut gw yang subur kok bukan. Rambut gw masih mengalami patah tulang harian, rontok kemana-mana ya tuhan susah bener biar rambut panjang gak rontok. Jadi ceritanya gw punya sansiviera kan, hadiah ulang tahun lalu. Dia mini gitu kan, batangnya banyak banget rimbun. Setelah gw tinggal berminggu-minggu, dia ternyata letoy karena kurang sinar mentari dan air. Hingga batangnya tersisa 4 dan akarnya semi busuk.  Posisi batang sudah mulai tegak Sansiviera ini termasuk tumbuhan yang tahan banting menurut gw. Daripada gw buang, yaudah lah gw tunggu dulu. Gw pindah ke pot, gw pangkas akar busuknya, gw tata lagi. Eh makin lama kok makin lemes yaa batangnya nih. Agak stres juga masa sih mati nih tumbuhan kan gw dapet hadiah.  Lalu, nggak tahu kenapa tiba-tiba gw dapet ilham buat naro rontokan rambut gw di pot. Gw cari dong apa iya sih rambut bisa nyuburin tanaman. Dapet beberapa dari hasil googling, katanya sebagai pengganti urea. Yahhh yaudah lah coba a

Beda Bahasa Beda Persona

Burmese Have you ever feel different when you speak in your local language and Bahasa Indonesia, or even English?  Berbicara dalam bahasa yang berbeda bisa jadi menciptakan persona yang berbeda. Dulu sih awal-awal mulai berbahasa Inggris setiap hari ngerasa "Kok beda ya rasanya pas ngomong pake Bahasa Inggris?" Sejauh ini sih gw baru ngobrol pake 4 bahasa. Keempat bahasa berbeda itu juga ada feeling dan mood yang beda tiap kali dipake.  Ternyata, persona yang berbeda dari bahasa yang diucapkan ini juga memang betul adanya menurut penelitian. Nggak mengubah kepribadian sepenuhnya sih, tapi lebih ke menonjolkan feeling yang lagi dirasakan. Bagi gw, berbahasa Inggris lebih bikin gw percaya diri dalam mengungkapkan isi hati, keinginan, apapun itu yang ada di uneg-uneg lebih bisa tersampaikan dalam Bahasa Inggris. Nggak tau kenapa, padahal bukan bahasa ibu juga. Menurut gw sih lebih karena nggak ada batasan sopan/nggaknya seperti unggah ungguh seperti di Bahasa Jawa/Korea. Lebi

Uniknya Bahasa Asing

Dari beberapa kali belajar bahasa asing, menurut gw bahasa asing yang paling cocok di lidah orang Indonesia yang ngomongnya gampang itu Bahasa Spanyol. Karena R-nya bulat banget dan cara bacanya persis dengan apa yang tertulis. Gw rasa nggak ada orang Indonesia yang ga mampu ngomong "Por favor mi amor" dengan lantang. Como estas? Muy bien! Sedangkan bahasa yang banyak kata yang mirip dengan Bahasa Indonesia (juga Jawa) tentu saja Bahasa Belanda. Banyak kata-kata yang kita nggak perlu lagi hafalin kosakata baru dalam bahasa itu. Klompen, handoek, ram, tegel, foto, tas, dan lainnya.  Bahasa yang menurut gw kaku banget adalah Bahasa Jerman. Penulisannya mirip banget dengan Bahasa Belanda tapi yang keluar beda banget. Menurut gw Belanda lebih melow daripada Jerman dalam hal pengucapan. Hampir sama seperti penulisannya, apa yang tertulis cenderung bisa dibaca semua.  Bahasa yang menurut gw ngegas, yaaa Bahasa Korea. Meskipun tujuannya nggak ngegas, tetep aja kedengarannya ngegas.

Denpasar Moon

Sanur I never thought that I would love to live in Denpasar. My favorite place in Bali is actually Ubud, but that's my POV as a tourist. I tried to look for a place to stay near the beach or some open spaces like a park. The first place I stayed was quite far from those. Well... 15-20 mins, still far. Then I moved a bit to the north and it's only 10 mins from Sanur and a minute walking distance to the big park. Oh and 5 mins walking distance to any government office, like immigration, tax, insurances, banks, post office, BPJS, you name it.  Technically, Denpasar is a big city. But nature around is fantastic. You can access almost everything that a big city can offer, but also you can be in nature as much as you can and it's only within walking distance. Well... a few minutes at least. When I lived in Malang, it was also in one of the good spots. Though I lived only close to the mall where I usually buy things I need there. Took me at least 30 mins to get to the Alun-alun or

Berakhir Pekan di Ubud

Seminyak Let's go back to January 2020.  Salah satu temen deket gw lagi dilempar ke Bali buat kerja beberapa bulan. Ya di kantor yang sama kayak gw. Trus gw bilang "Ah masa lu di Denpasar Seminyak Sanur doang mainnya. Ayok lah ke Ubud biar pernah keluar dikit." Akhirnya kami berdua berangkat ke Ubud dengan naik  shuttle bus  Perama. Ini andalan banget, harga dari Sanur ke Denpasar 50 ribu tapi kalau ada membernya jadi 35 ribu aja. Ya kalo sekarang sih ada opsi lain, teman bus udah bisa sampai Ubud sekarang. Kami berdua berangkat sore, abis ngantor langsung cus ke Ubud nginep 2 malem.  Kami nginepnya di  homestay  yang ala Bali. Tipe  homestay  Bali pasti pintu depannya kecil bahkan nggak keliatan, ketika masuk barulah keliatan segede apa. Gw ambil yang di Jalan Gautama biar dia tau juga rasanya ada di tengah-tengah. Pun jalan kemanapun juga lebih deket. Karena kami berdua akan jalan kaki, bukan sewa motor ataupun sepeda. Pengalaman bersepeda di Jogja bareng dia malah sepe

BaliSeries (3): Libur Lokal Lebih Banyak

Ini waktu galungan-kuningan di Ubud. Pertama kali tau dari temen gw yang udah hijrah ke Singaraja duluan. Dia bilang dia ada tambahan sekitar belasan libur lokal. Lho kok bisa? Orang Bali banyak kegiatan upacara dan hari rayanya. Bali punya kalender sendiri yang beda dengan kalender nasional, jadi udah bisa dipastikan mereka punya kalender Bali di tempat masing-masing. Dulu sering kaget kok hampir tiap hari ada aja upacara. Upacara ini keliatan beda dari kegiatan sembayang sehari-hari karena biasanya kalau sembayang harian bisa aja pake baju biasa, tinggal pakai selendang aja. Tapi kalau hari raya atau hari penting lainnya mereka pasti pakai kebaya lengkap dan bagus-bagus.  Meskipun hitam, mereka punya agenda sendiri. Yang libur lokal ditandai dengan lingkaran merah. Gimana gw nggak demen ngeliatnya? Bagus-bagus banget kebayanya. Selain itu, persembahannya juga istimewa. Pasti gede, bukan canang kecil yang harian itu. Seru banget liat lalu lalang orang berangkat ke Pura atau kemanapun

Wanna Reborn As A Cat

This one is Molly If there is any second, third, fourth life, I would want to be born as a fat sexy cat who lives in Istanbul, fully fed and always sleeping anytime anywhere.  This post is dedicated to our lazy kitties. My Molly is pretty social, though he/she is super lazy. Yea, we don’t know what it is yet. I suspect it’s a he but did not really attractive to a female cat. My mum told me what it is but I always take it as he.  I adopted him when he was 4 months old. And that was in 2018. My student offered me a cat, and our forcefully taken cats have abandoned me so I said yes. She was about to move out and she had too many cats. So I adopt one. Or should I say, he took me as his slave? That sounds better. We never buy any cats.  He was named Cimol, I call him Molly. But many of us just call him Mol and call my sister Cim. It feels like a bundle. He is now 2 years. So in human age, he is 24 years old. Pretty mature to start his career... as a professional sleeper? Molly is a cat that

Surrender Dana Unitlink

Gw punya satu unitlink sejak 2017. Waktu itu sih belum paham bener bedanya apa. Yang gw tau gw butuh tabungan yang nggak bisa diambil sewaktu-waktu, agennya juga temen gw sendiri. Jadi yaudah lah ya. Bikin satu.  Namanya belajar, kalau nggak terjun langsung ya kurang yahud dong. Waktu berlalu dan gw udah lebih melek soal investasi dll. Gw pikir-pikir, ngapain gw taro di unitlink 500rb/bulan kalo gw bisa taro dananya di Index fund dengan nilai pengembangan yang jauh lebih bagus. Karena duit yang disetor ke unitlink itu sebagian untuk asuransi jiwa, sebagian lagi buat komisi agen, sedikitnya buat diinvestasikan. Nilai yang diinvestasikan baru akan penuh setelah tahun keberapa gitu.  Nggak kok, gw nggak nyesel. Belajar kalo nggak ngalamin sendiri juga bakal bertanya-tanya. Senggaknya jiwa gw terasuransi sejak 2017 hingga 2020 Desember kemaren. Gw isi formulir surender yang kemudian harus dikirimkan ke kantor pusatnya, beserta dengan polisnya. Yaudah gw kirim balik semuanya. Map itu nggak

Berkendara Keliling UAE

Sudah lama banget rasanya nggak nulis tentang jalan-jalan. Banyak  draft  yang belum dirilis, pelan-pelan deh. Satu per satu, mumpung longgar buat nulis.  Tahun lalu ketemu suami di Dubai setelah 10 bulan nggak ketemu. Aturan selama pandemi di Dubai adalah semuanya harus memakai masker, semua tempat sedia  hand   sanitizer , diberi jarak agar tdk terlalu mepet juga, boleh melakukan semua aktifitas. Waktu itu kasus harian berkisar 1000 kasus/hari, dg kematian yang sangat rendah. Tes PCR bisa didapat hasilnya dalam waktu 4 jam dengan harga yang tidak sampai satu juta rupiah.  Tidak ada aturan yang kami langgar, kami memutuskan untuk berkeliling UAE sembari menunggu visa dan printilannya. Dubai bisa dibilang kota yang sibuk dan padat. Setelah keluar Dubai malah lebih jarang menemui manusia dan keramaian 😁 Gw ngerasa lebih aman tanpa dekat-dekat manusia. Dengan segala protokol tambahan tentang kebersihan dan kesehatan, udah hampir gila aja kita semua ini.  No, we can't afford to get c

Mary Poppins (returns), A Shared Moment with Grandma

I signed up for Disney+ and just realized that I got a month free. I say, let see if I am gonna like it. I saw that Mary Poppins Returns is there. It was a very unique movie I'd say. But for me, it's more than that. I shared a moment with my grandma and my two sisters. Probably the end of 2018 or earlier 2019, we watched Mary Poppins Returns. It was my grandma, my two sisters and me. I did not know what’s Marry Poppins until my sister told me.  "Alright let's give it a shot then." My sisters came to Malang and stayed for the holiday. It was for a week or two. My sister had her college holiday before the exam, I believe. She said, “I want to watch a movie in the cinema. Wish me luck and get paid soon so I can take you all to the cinema.” She was the assistant professor at her university. Later that evening she got her paycheck (paycheck paid every a few months or so).  So we went to the cinema the next day, in the evening. It was raining, so damn hard that I even h