Skip to main content

Book: The Midnight Library

It is one of the books that blown my mind. It's very well written and would probably relate with a lot of people who are in their journey to find themselves.  So many people are talking about it but I did not buy it until a few months ago where I read the preview on the first pages. Easy for me to see if I want to buy the book or not. When the first pages hook me right away, I don't need to think twice. This book is one of them.  This contains spoiler of course.  Nora, the main character, like many of us, fall into depression and decided to kill herself. But she's not dead right away. She went into a kind of limbo between life and death. In that library she met a librarian, this librarian is a kind of a guide. Our guide that probably tasked when we were born.    The librarian shows her lives that she could have had if she wants to. She is so depressed and thinks that no life will makes her happy enough to live it. I can totally understand her state. I was there....

Berakhir Pekan di Ubud

Seminyak

Let's go back to January 2020. 

Salah satu temen deket gw lagi dilempar ke Bali buat kerja beberapa bulan. Ya di kantor yang sama kayak gw. Trus gw bilang "Ah masa lu di Denpasar Seminyak Sanur doang mainnya. Ayok lah ke Ubud biar pernah keluar dikit."

Akhirnya kami berdua berangkat ke Ubud dengan naik shuttle bus Perama. Ini andalan banget, harga dari Sanur ke Denpasar 50 ribu tapi kalau ada membernya jadi 35 ribu aja. Ya kalo sekarang sih ada opsi lain, teman bus udah bisa sampai Ubud sekarang. Kami berdua berangkat sore, abis ngantor langsung cus ke Ubud nginep 2 malem. 

Kami nginepnya di homestay yang ala Bali. Tipe homestay Bali pasti pintu depannya kecil bahkan nggak keliatan, ketika masuk barulah keliatan segede apa. Gw ambil yang di Jalan Gautama biar dia tau juga rasanya ada di tengah-tengah. Pun jalan kemanapun juga lebih deket. Karena kami berdua akan jalan kaki, bukan sewa motor ataupun sepeda. Pengalaman bersepeda di Jogja bareng dia malah sepedanya dituntun nggak dinaikin.

Water Palace ini kalau lagi musim hujan begini pasti subur


Kami nggak terlalu ngoyo harus ke semua tempat. Kami sempat ke Puri Saren Agung (bukan yang Puri Peliatan). Lalu kami juga sempat ke Water Palace yang ada di belakang Starbucks Ubud. Tentu saja kurang lengkap tanpa jalan-jalan keliling pusat Ubud dan pasar Ubudnya. Apakah kami membeli sesuatu di sana? Tentu tidak 😂 OH temen gw sih yang beli-beli buat oleh-oleh. Kita bahkan sempet ngulang pasarnya karena yaa... suka aja liat-liat.

Tentu ke Ubud tak lengkap tanpa melihat pertunjukan tari. Dia pengen banget liat tarian Bali dan di Ubud itu jadwal tarian tiap harinya beda-beda. Seperti digilir begitu. Misal hari ini tarian A di tempat A, nah besok udah harus tarian B di tempat A. Tempat terdekat waktu itu pas banget ada tarian kecak. Gw pernah sekali nonton kecak dan agak kurang suka karena panas pake acara bakar-bakar. Bukan berarti ga bagus ya, tetep bagus bangettt. Cuma karena gw duduk paling depan jadinya ya gitu deh. Panas 🔥 Tapi di pertunjukan itu juga gw duduk di tempat paling depan lagi sih 😅

Makanan depan homestay sebelum balik ke Denpasar, di Jalan Gautama.

Kami nggak sempat ke Tjampuhan karena waktu yang singkat. Sempet kepikiran lho "Bolos aja kali besok ya," tapi nggak jadi. Kami akhirnya balik ke Denpasar malamnya. Sebelum balik gw sempet pijet kaki dulu. Agak gempor dua hari jalan kaki terus.

So she's one of my best friends. I've lived with her for 6 years, so yes of course we're that close. Hobi kami adalah ngobrolin semua hal dari yang penting sampe nggak penting. Hingga pada tengah malam kami berdua lapar dan "Let's go get some snack!" Sebelum pandemi, tentu saja masih banyak Circle K yang buka 24 jam. Jaman kuliah kita sering banget tidur jam 3 jam 4 meski kuliah jam 7 pagi hanya karena bahasan obrolan kami semenarik itu. I can say that it was all positive. Ya maksudnya, nggak yang ngomongin orang, negatif, lalu iri maupun dengki akhirnya capek sendiri. 

Jalanan Ubud

Kami udah berteman sejak 2005. Pernah nggak ngobrol bertahun-tahun juga 😂 Tapi ya gitu, begitu diobrolin masalahnya juga kita udah bisa balik lagi kayak dulu. Ini orang yang paling sering jalan bareng gw, dibandingkan dengan temen deket gw lainnya. Salah satunya ke Bromo waktu semi-semi erupsi tipis. Karena sering jalan bareng jadinya tau gayanya gimana. Gaya kami berdua? Chill banget. Kami hobi meresapi energi di tempat yang kami kunjungi. 

Gw rasa emang Ubud cocok buat liburan singkat selama akhir pekan. Masih jadi tempat favorit gw sampai saat ini meskipun makin banyak WNA yg hmm begitu lah ya di sana. Yahh liat aja apakah akan berubah atau tidak dalam waktu dekat ini 😅

Comments

  1. Kalau emang dasarnya udah di Bali, kemana-mana juga nggak masalah ya ... tinggal naik bis aja udah sampe, enak banget itu pasti liburannya :D

    Btw, lagi musim covid gini di Bali masih rame orang liburan nggak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betulll banget! Everyday is sunday memang betul adanya kalau tinggal di Bali.

      Musim pandemi begini akhir-akhir ini agak rame sih daripada semester awal pandemi. Cuma yaa daerah barat sepi bgt dibandingkan dg hari normal. Tapi masih blm macet, pertanda keramaiannya ga sampai 50% hari normal. Sampe lupa rasanya macet2an di Bali wkwkw

      Delete
  2. aku waktu ke ubud naiknya kura kura bus.. beli kartu dulu...

    enaknya bisa nonton tari tarian oas malemnya itu.. aku nalah bingung terjebak jalan aja di sepanjang oasar seni ubudnya doang

    kalau tari traian malah aku lihatnya di gwk

    kocak pas bagian di jogja sewa sepeda jatohnya cuma dituntun doang hahahha

    ReplyDelete
    Replies
    1. GWK ini jauh bangettttt dari Denpasar ini. Bagian selatan bgt dahh. Tapi yaa emang banyak sih yg kesitu ya, kayaknya lbh familiar aja ya.

      Kura-kura bus ini yg gimana mbak? Kok aku nggak tau :D

      YAAA mbak coba aja kalo liat sendiri kejadian kita udah gowes muter kota, ternyata dia malah berhenti di tengah dan sepedanya dituntun. Ya kan kita dah nunggu setengah jam lebih taunya dia leha2 😂

      Delete

Post a Comment

Share your thoughts with me here

Popular posts from this blog

Pengalaman Bikin (Free) Schengen Visa di VFS Swiss

I know this is so normal but anyway I like to compare the experiences because people might have different cases and because I have nothing to lose so... here's my experience for applying Schengen Visa via Swiss (VFS). Kenapa nggak via Belanda? Karena rencana kita berkunjung lamanya ke Geneve - Swiss (ada urusan kerjaan suami gw) dan kami belum tau akan ke Belanda apa nggak saat itu (nggak jadi sih soalnya mepet banget).  Seperti yang sudah sering dibahas orang lain perihal syarat dan ketentuan apply Schengen visa, gw nggak akan nulis itu ya. Udah ada di website VFS, lengkap. Gw cuma tambahin dikit-dikit aja infonya yang mungkin sama seperti kasus yang baca kalo emang kebetulan sama sih 😂 "Ok jadi total pembayarannya 280 ribu rupiah ya" "HAH?? Cuma 200an mbak??? Visanya gratis???" "Suaminya masih WN Belanda kan mbak?" "Iya" "Oiya itu gratis, bisa pake visa tipe C. Jadi cuma bayar biaya admin aja" ...

Not A Robot

  There are so many things I did recently. It was all started since February. Not to complain about this, I just want to write it to release the stress. Because I know every choices has its own risks. Started from January, I commits to work on another blog of mine. Joining with another friend, we are committed to post at least one writing every week with different theme each week. This is still under construction *ahem, ini bukan bangunan* to make it good to read at. I will publish it here once it is ready to be published. We both are trying to be consistent. So far, I have been consistent and always post one every week. After decided to get married, I realize that it won't be that easy. No matter what, marrying someone never be easy. About the preparation and this and that. To be honest, I will not having a big feast for that. I will invite my close friends and family, although I still have to respect what my parents want to invite the neighbors (one block neighbors are tota...

[Book] Dunia Cecilia

'apakah kalian membicarakan hal semacam itu di surga?' 'tapi kami berusaha tidak membicarakannya dekat-dekat Tuhan. ia sangat sensitif terhadap kritik' Yap, sepenggal dialog antara Cecilia dan malaikat Ariel. Saya mengenal Jostein Gaarder sejak kuliah. Ehhhh 'mengenal' dalam artian kenal bukunya ya, kalo bisa kenal pribadi mah bisa seneng jingkrak-jingkrak hehehe. Jadi karena teman saya mendapat tugas kuliah membaca satu novel filsafat berjudul Dunia Sophie, saya jadi sedikit mengetahui si bapak Gaarder ini. Enak ya tugasnya anak sastra baca novel, tugas anak matematika ya baca sih, tapi pembuktian kalkulus -_- Dunia Cecilia ini buku pertama Jostein Gaarder yang saya baca, karena buku Dunia Shopie sangatlah berat berdasar review teman saya. Saya sih nggak perlu baca buku itu karena teman saya sudah benar-benar mahir bercerita. Jadilah saya sudah paham bener cerita Dunia Sophie tanpa membacanya. Novel ini atas rekomendasi teman saya, dia bilang kala...