Skip to main content

Book: The Midnight Library

It is one of the books that blown my mind. It's very well written and would probably relate with a lot of people who are in their journey to find themselves.  So many people are talking about it but I did not buy it until a few months ago where I read the preview on the first pages. Easy for me to see if I want to buy the book or not. When the first pages hook me right away, I don't need to think twice. This book is one of them.  This contains spoiler of course.  Nora, the main character, like many of us, fall into depression and decided to kill herself. But she's not dead right away. She went into a kind of limbo between life and death. In that library she met a librarian, this librarian is a kind of a guide. Our guide that probably tasked when we were born.    The librarian shows her lives that she could have had if she wants to. She is so depressed and thinks that no life will makes her happy enough to live it. I can totally understand her state. I was there....

Berkendara Keliling UAE

Sudah lama banget rasanya nggak nulis tentang jalan-jalan. Banyak draft yang belum dirilis, pelan-pelan deh. Satu per satu, mumpung longgar buat nulis. 

Tahun lalu ketemu suami di Dubai setelah 10 bulan nggak ketemu. Aturan selama pandemi di Dubai adalah semuanya harus memakai masker, semua tempat sedia hand sanitizer, diberi jarak agar tdk terlalu mepet juga, boleh melakukan semua aktifitas. Waktu itu kasus harian berkisar 1000 kasus/hari, dg kematian yang sangat rendah. Tes PCR bisa didapat hasilnya dalam waktu 4 jam dengan harga yang tidak sampai satu juta rupiah. 

Tidak ada aturan yang kami langgar, kami memutuskan untuk berkeliling UAE sembari menunggu visa dan printilannya. Dubai bisa dibilang kota yang sibuk dan padat. Setelah keluar Dubai malah lebih jarang menemui manusia dan keramaian 😁 Gw ngerasa lebih aman tanpa dekat-dekat manusia. Dengan segala protokol tambahan tentang kebersihan dan kesehatan, udah hampir gila aja kita semua ini. No, we can't afford to get covid. We don't want that.

Metro stop dan parkir bandara yang sepi.

Tadinya berencana naik bus saja. Tapi kalau naik transportasi umum malah nggak bebas kemana-mana karena harus naik taksi dan lainnya, sedangkan gw paham banget gaya kita yg selalu di luar rencana. Jadi, kami putuskan untuk menyewa mobil yang diambil di bandara DXB. Kami sewa menggunakan emirates.com untuk menabung miles juga. Mobil yang kami sewa harganya sekitar 500 ribuan/hari. Mobil automatic, baru, bersih, semuanya dicek terlebih dahulu kurang lebihnya termasuk goresan kecilpun. Begitupun saat mengembalikannya. 

Ini tentang perjalannnya, nanti tentang tempat yang kami tuju akan coba gw tulis terpisah.

Perjalanan awal kami dari Dubai menuju kota Sharjah, tepatnya Arabia's wildlife center. Menempuh jarak 45 KM dengan jarak tempuh sekitar 40 menit saja. Sebagai perbandingan di Bali, 40 menit itu jarak tempuh rumah gw ke bandara DPS, dengan jarak 10 KM. Kalo nggak macet dan lewat tol baru bisa 30 menit. You got the idea.

Jalanannya tentu saja mulus, aspalnya mulus, jarang gronjalan nggak jelas, jalan juga super lebar dan membingungkan hamba si pengarah GPS (you definitely know what I mean). Saking santainya nyetir nggak kerasa aja diatas 120km/jam. 

Harga bensin di seluruh UAE nggak sampai 2 Dirham/liter. Harga per liternya nggak sampai 7ribuan rupiah. Iya, murah banget emang. Lebih murah dari harga air botolan. Pertama kali berkunjung ke Dubai nanya supir taksi, "Di Dubai yang murah apa ya?", beliau jawabnya "BENSIN!" Akhirnya gw tau emang harganya murah gila.

Kami lanjutkan perjalanan ke Fossil Rock. Dikiranya fossil rock ini cukup keliatan dari jauh aja, tapi ternyata it's more than thatIt's way more fascinating. Tentu saja ini pasti gw tulis tentang ini karena begitu keren banget. Karena kami salah kira dan tujuan, di belakang kami ada 2 mobil jeep yg kasih tau kalau jalannya bukan ini. Kami harus ke sana sini untuk ini itu begitulah. Tapi yang gw perhatiin banget, dalam mobil ini ada 2 cewek-cewek yang ketika keluar itu rasanya mirip kayak di film-film yang diambil di gurun. Sumpah men! Gw aja terpesona (dan kaget).

Ngikutin apa kata GPS, berakhir di jalan aspal terakhir di sini.

Akhirnya kami lanjutkan perjalanan ke Mleiha Archeological center. Tempat ini bikin gw ngiler nggak henti, super keren. Hari itu kami harus ke Fujairah karena tempat kami menginap ada di sana untuk semalam saja. Total di hari pertama, perjalanan yang kami tempuh sejauh 120KM dengan rute jalan panjang memecah batuan. Cepet sih, tiap perjalanan bosan juga kami berhenti untuk sekadar makan atau minum. Tapi, ngelewatin tol panjang dg pemandangan batuan meskipun hanya setengah jam juga bosen banget. Takut ngantuk juga saking membosankannya.

This dude almost lick me inside the car. Super stink! Man, do not leave your window open when you're very close to animals. Ya, gw nggak pernah ke Taman Safari sih.


Hari itu panas banget, kita terlalu excited dengan perjalanan pertama kami keliling UAE sampai lupa minum. Sampai di hotel suhu tubuh gw 36.9, suami gw lebih dari 37. Oh tentu saja kami khawatir. Ternyata esoknya suhu badan normal. Hari itu kami kurang minum dan suhu di luar sangat terik sekali. Dehidrasi banget. 


Bentuk jalan yang relatif mirip sepanjang puluhan hingga ratusan KM.

Dari Dubai ke Fujairah ini seperti perjalanan dari Barat ke Timur. Esoknya kami lanjutkan perjalanan menuju Khor Fakhan lalu lanjut ke Dibba dan bermalam di Dibba. Ini menuju utara, berbatasan dengan batas Oman. Ini negara bener-bener lucu banget batas negaranya. Ada yg irisan dalam irisan juga 😆

Kamipun sempat "menerobos" Oman melalui UAE tanpa perlu dokumen perjalanan apapun. Ini legal ya, meskipun gw dredegnya bukan main takut dicegat polisi batas negara 😂 Gw juga doa banget semoga mobilnya tahan banting dibawa perjalanan ngelewatin batu-batuan begini. Ini udah mikir banget kalo ban kempes minta tolong kemana ini. Kita berdua sama-sama bego urusan beginian.


Nggak kok, nggak ada apa-apa dan kita bisa selamat sampai tujuan berikutnya. Tujuan berikutnya adalah Hatta area. Hatta ini adalah kota batas antara UAE dan Oman tapi kalau mau lewatin batas negara harus pake visa. Kami hampir nembus karena salah jalan dan untungnya keliatan U-turn terakhir sebelum masuk dokumen cek. 

Secara keseluruhan, jalanan di UAE ini mulus banget (kecuali bagian bebatuan ini). Jalannya juga lebar banget bisa buat 4 jalur mobil di satu arah. Jalan tolnya juga otomatis pake sensor. Urusan ini gw kurang paham karena gw biasanya top up e-money di Indonesia 😂 Lalu ada juga sensor untuk kecepatan mobil. Perhatikan aja maksimum berapa kecepatannya. Ya sapa tau tiba-tiba dapet surat cinta dari pemerintah buat bayar denda kan. Terlalu cepat kena denda, terlalu lambatpun kena denda juga. Dendanya kisaran AED 1500 - 3000 tergantung apa yang dilanggar. Sepanjang jalan mantengin berapa kecepatan maks dan min. Jereng mata gw. 

Jangan lupa pake kacamata item juga sih karena silau banget meskipun musim dingin. Brightness level-nya matahari di sana selalu tinggi. Waktu itu musim gugur sih hitungannya. Suhu di Dubai masih di kisaran 30-40 aja, teriknya luar biasa. Waktu di Hatta suhu siang hari 30an, teriknya bukan main, tapi begitu malam hari suhunya turun jadi di bawah 20. 


But it was fun. Even more when I got to see camels walked along the road as if they're a group of ducks here 😌

Comments

Post a Comment

Share your thoughts with me here

Popular posts from this blog

Pengalaman Bikin (Free) Schengen Visa di VFS Swiss

I know this is so normal but anyway I like to compare the experiences because people might have different cases and because I have nothing to lose so... here's my experience for applying Schengen Visa via Swiss (VFS). Kenapa nggak via Belanda? Karena rencana kita berkunjung lamanya ke Geneve - Swiss (ada urusan kerjaan suami gw) dan kami belum tau akan ke Belanda apa nggak saat itu (nggak jadi sih soalnya mepet banget).  Seperti yang sudah sering dibahas orang lain perihal syarat dan ketentuan apply Schengen visa, gw nggak akan nulis itu ya. Udah ada di website VFS, lengkap. Gw cuma tambahin dikit-dikit aja infonya yang mungkin sama seperti kasus yang baca kalo emang kebetulan sama sih 😂 "Ok jadi total pembayarannya 280 ribu rupiah ya" "HAH?? Cuma 200an mbak??? Visanya gratis???" "Suaminya masih WN Belanda kan mbak?" "Iya" "Oiya itu gratis, bisa pake visa tipe C. Jadi cuma bayar biaya admin aja" ...

Not A Robot

  There are so many things I did recently. It was all started since February. Not to complain about this, I just want to write it to release the stress. Because I know every choices has its own risks. Started from January, I commits to work on another blog of mine. Joining with another friend, we are committed to post at least one writing every week with different theme each week. This is still under construction *ahem, ini bukan bangunan* to make it good to read at. I will publish it here once it is ready to be published. We both are trying to be consistent. So far, I have been consistent and always post one every week. After decided to get married, I realize that it won't be that easy. No matter what, marrying someone never be easy. About the preparation and this and that. To be honest, I will not having a big feast for that. I will invite my close friends and family, although I still have to respect what my parents want to invite the neighbors (one block neighbors are tota...

[Book] Dunia Cecilia

'apakah kalian membicarakan hal semacam itu di surga?' 'tapi kami berusaha tidak membicarakannya dekat-dekat Tuhan. ia sangat sensitif terhadap kritik' Yap, sepenggal dialog antara Cecilia dan malaikat Ariel. Saya mengenal Jostein Gaarder sejak kuliah. Ehhhh 'mengenal' dalam artian kenal bukunya ya, kalo bisa kenal pribadi mah bisa seneng jingkrak-jingkrak hehehe. Jadi karena teman saya mendapat tugas kuliah membaca satu novel filsafat berjudul Dunia Sophie, saya jadi sedikit mengetahui si bapak Gaarder ini. Enak ya tugasnya anak sastra baca novel, tugas anak matematika ya baca sih, tapi pembuktian kalkulus -_- Dunia Cecilia ini buku pertama Jostein Gaarder yang saya baca, karena buku Dunia Shopie sangatlah berat berdasar review teman saya. Saya sih nggak perlu baca buku itu karena teman saya sudah benar-benar mahir bercerita. Jadilah saya sudah paham bener cerita Dunia Sophie tanpa membacanya. Novel ini atas rekomendasi teman saya, dia bilang kala...