Skip to main content

Book: The Midnight Library

It is one of the books that blown my mind. It's very well written and would probably relate with a lot of people who are in their journey to find themselves.  So many people are talking about it but I did not buy it until a few months ago where I read the preview on the first pages. Easy for me to see if I want to buy the book or not. When the first pages hook me right away, I don't need to think twice. This book is one of them.  This contains spoiler of course.  Nora, the main character, like many of us, fall into depression and decided to kill herself. But she's not dead right away. She went into a kind of limbo between life and death. In that library she met a librarian, this librarian is a kind of a guide. Our guide that probably tasked when we were born.    The librarian shows her lives that she could have had if she wants to. She is so depressed and thinks that no life will makes her happy enough to live it. I can totally understand her state. I was there....

Skincare dan Sampahnya

Lunch bag dari seorang kawan di tahun 2015 yang masih gw pake sampe sekarang.

I am not a skincare maniac but I am using a quite big amount of skincare.

Gw berbangga diri mampu tidak menghasilkan sampah pembalut tiap bulannya karena sudah beralih ke menstrual cup, tapi... eh gw masih nyumbang sampah dari skincare gw. Meskipun gw bukan beauty blogger/youtuber yang punya skincare segitu banyaknya, tapi gw juga pemakai produk-produk tersebut. Masalahnya, banyak yang datang dalam ukuran mini. Harga yang tidak mini menyebabkan banyak dari kami yang lebih memilih membeli dalam ukuran kecil juga. 

Ya nggak murah skincare itu. Mana kalau skincare cewek itu jidat, mata, pipi kanan kiri, leher aja bisa-bisa beda yang harus diolesin 😂 Sebel gw!

Rutinitas skincare gw cukup sederhana banget. Sabun muka, micelar water, toner, serum HA, Niacinamide, sesekali peeling juga, pelembab pagi dan malam. Belum lagi printilan makeup yang nggak banyak kok, tapi berkala banget belinya misal tiap 2 bulan atau 6 bulan. Semacam bedak, lipstik (Oh I am a junkie! Meskipun shade-nya tipis banget bedanya), foundation, primer, segala macem printilannya. 

TAPI, yang bikin gw agak sadar semalem tadi adalah saat gw tata serum dan printilan gw di satu tempat yang sama. KOK BANYAK YA? Dengan kondisi beli baru tiap 2 atau 6 bulan sekali, emang jadinya nyampah banget. Meskipun banyak yang gw pake lagi buat tempat lainnya tapi juga banyak yang nggak bisa dipake lagi karena botolnya nggak bisa dibuka tutupnya misal. Jadi terpaksa harus dibuang. 

Masalahnya, meskipun dari rumah udah gw pisah, tetep aja akhirnya bakalan dijadiin satu sama lainnya. Tumplek blek istilahnya. Sia-sia? Ya sia-sia bagi gw. Ngapain gw susah-susah milah sampah kalau pada akhirnya sampahnya jadi satu juga di tempat akhir. Meskipun kadang otak gw kasih sugesti baik "YAAA GAPAPAA, kali aja di tempat pembuangan akhir udah langsung diambil pemulung jadi mereka ga susah-susah milah sampah lagi" 

Tapi tetep sih, sampah kaca, plastik, yang kira-kira bisa didaur ulang selalu gw pisahin dulu sebelum akhirnya gw buang. Kira-kira gw buangnya tiap sekian bulan sekali karena nunggu penuh dulu. Pada dasarnya sih gw nggak tau bank sampah yang ada di Denpasar ini adanya dimana. Pengennya dikumpulin kasiin bank sampah gitu. Atau ada cara lain untuk meminimalisirnya? No no, don't tell me to stop using skincare. It's a crime!

Kalian gimana? Didaur ulang atau dibuang langsung? Bagi ide dong! 

Comments

  1. Aku cuman pake cream pagi cream malam, jadi gak banyak sampah. Umur boleh nambah, tapi kerutan gak boleh nambah....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Di usia 30an ini, kerutan kayak makin rajin mampir ya. Macem "hey I am here" 🤣

      Delete

Post a Comment

Share your thoughts with me here

Popular posts from this blog

Pengalaman Bikin (Free) Schengen Visa di VFS Swiss

I know this is so normal but anyway I like to compare the experiences because people might have different cases and because I have nothing to lose so... here's my experience for applying Schengen Visa via Swiss (VFS). Kenapa nggak via Belanda? Karena rencana kita berkunjung lamanya ke Geneve - Swiss (ada urusan kerjaan suami gw) dan kami belum tau akan ke Belanda apa nggak saat itu (nggak jadi sih soalnya mepet banget).  Seperti yang sudah sering dibahas orang lain perihal syarat dan ketentuan apply Schengen visa, gw nggak akan nulis itu ya. Udah ada di website VFS, lengkap. Gw cuma tambahin dikit-dikit aja infonya yang mungkin sama seperti kasus yang baca kalo emang kebetulan sama sih 😂 "Ok jadi total pembayarannya 280 ribu rupiah ya" "HAH?? Cuma 200an mbak??? Visanya gratis???" "Suaminya masih WN Belanda kan mbak?" "Iya" "Oiya itu gratis, bisa pake visa tipe C. Jadi cuma bayar biaya admin aja" ...

Not A Robot

  There are so many things I did recently. It was all started since February. Not to complain about this, I just want to write it to release the stress. Because I know every choices has its own risks. Started from January, I commits to work on another blog of mine. Joining with another friend, we are committed to post at least one writing every week with different theme each week. This is still under construction *ahem, ini bukan bangunan* to make it good to read at. I will publish it here once it is ready to be published. We both are trying to be consistent. So far, I have been consistent and always post one every week. After decided to get married, I realize that it won't be that easy. No matter what, marrying someone never be easy. About the preparation and this and that. To be honest, I will not having a big feast for that. I will invite my close friends and family, although I still have to respect what my parents want to invite the neighbors (one block neighbors are tota...

[Book] Dunia Cecilia

'apakah kalian membicarakan hal semacam itu di surga?' 'tapi kami berusaha tidak membicarakannya dekat-dekat Tuhan. ia sangat sensitif terhadap kritik' Yap, sepenggal dialog antara Cecilia dan malaikat Ariel. Saya mengenal Jostein Gaarder sejak kuliah. Ehhhh 'mengenal' dalam artian kenal bukunya ya, kalo bisa kenal pribadi mah bisa seneng jingkrak-jingkrak hehehe. Jadi karena teman saya mendapat tugas kuliah membaca satu novel filsafat berjudul Dunia Sophie, saya jadi sedikit mengetahui si bapak Gaarder ini. Enak ya tugasnya anak sastra baca novel, tugas anak matematika ya baca sih, tapi pembuktian kalkulus -_- Dunia Cecilia ini buku pertama Jostein Gaarder yang saya baca, karena buku Dunia Shopie sangatlah berat berdasar review teman saya. Saya sih nggak perlu baca buku itu karena teman saya sudah benar-benar mahir bercerita. Jadilah saya sudah paham bener cerita Dunia Sophie tanpa membacanya. Novel ini atas rekomendasi teman saya, dia bilang kala...