Skip to main content

Book: The Midnight Library

It is one of the books that blown my mind. It's very well written and would probably relate with a lot of people who are in their journey to find themselves.  So many people are talking about it but I did not buy it until a few months ago where I read the preview on the first pages. Easy for me to see if I want to buy the book or not. When the first pages hook me right away, I don't need to think twice. This book is one of them.  This contains spoiler of course.  Nora, the main character, like many of us, fall into depression and decided to kill herself. But she's not dead right away. She went into a kind of limbo between life and death. In that library she met a librarian, this librarian is a kind of a guide. Our guide that probably tasked when we were born.    The librarian shows her lives that she could have had if she wants to. She is so depressed and thinks that no life will makes her happy enough to live it. I can totally understand her state. I was there....

SUDAH (setengah) VAKSIN COVID!

Belum bisa dibilang sudah selesai sih, tapi menuju selesai. Tanggal 29 Mei gw memberanikan diri datang ke RS Surya Husadha Sanglah untuk vaksin covid pertama kali. Bukan karena gw nggak berani vaksin, bukan! Tapi gw berdoa semoga dapet jatah vaksin karena per hari kuotanya hanya 200 dosis. Gw vaksin pakai AstraZeneca dan tentunya gratis.

Btw keinginan untuk vaksin ini makin gede karena temen-temen deket gw udah dapet vaksin di minggu gw dapet vaksin. Iya, gw kompetitif. Soalan vaksin aja gw kompetitif banget 😂 Jujur gw iri banget sama temen gw yang dapet vaksin duluan. Jadi yaa... 😎

Rencana gw berangkat jam setengah 8 gagal karena gw bangun jam 8 kurang seperempat 😓 Selesai mandi dll, pukul 8.15 gw berangkat ke RS. Nggak jauh RS nya cuma 8 menitan. Sesampainya di sana, kok di meja ada tulisan "Vaksin tutup" Harah mak deg. Ternyata itu cuma kertas pengumuman kalau kuota sudah terpenuhi. Ditanyain udah booking atau belum, lah gw ga nemu link booking dari kemarinan. Untungnya gw masih masuk jatah dan dapet nomer antrian 64.

Deg-degan tentu saja. Di Bali, kegiatan vaksin sudah masuk ke grup ketiga yaitu umum. Maksud hati ingin masuk grup kedua 3 bulan lalu karena gw pengajar (masuk prioritas), tapi harus daftar ina inu ke dinas ina inu, yaudah gw nunggu aja lah bentar lagi. Ternyata beneran, ga lama udah masuk umum dan dikebut banget di sini (katanya). Juga penduduk Bali total cuma 4 jutaan. 

Karena gw bukan KTP Bali, otomatis gw harus bawa surat keterangan bekerja. Nah dari situ kita antri nunggu giliran dan dimasukkan data kita. Lalu geser ke kursi sampingnya untuk tes tensi darah dan pertanyaan seputar riwayat penyakit yang harus dijawab dengan jujur. Karena kalau boong, yang rugi juga kita sendiri. Kemudian jalan suntik ke sampingnya, yang sesungguhnya gw juga nggak tau apakah itu harus antri lagi atau gimana, karena giliran gw dipake orang. Bisa jadi gw juga pake giliran orang. Tapi begitu data masuk, sampai proses suntik sih nggak lama. 

Dari datang sampai nunggu kertas untuk vaksin kedua keluar, ada kali satu jam. Karena gw cek jam setengah 10 gw dapet SMS yang menyatakan gw udah vaksin yang pertama dan data tersebut langsung terhubung dengan aplikasi Peduli Lindungi. 

Perasaan gw begitu liat aplikasi itu senengnya bukan main. Bener-bener "OMG GW UDAH BANTU DUNIA MENYELESAIKAN SATU MASALAH". Ya iya dong, makin banyak yang divaksin makin cepet pandemi usai. Lalu gw masih nunggu kertas yang dicetak tadi sembari dijelaskan kalau ada efek sampingnya harus gimana. 

Gw disuruh minum paracetamol langsung setelah vaksin. Mungkin untuk pereda nyeri di lengan. Tapi temen gw nggak pake gituan. Hanya ketika demam saja. Nah mereka bilang kalau dalam waktu 4-6 jam ke depan demam, paracetamolnya harus diminum lagi sampai nggak demam. Sembari mengkonsumsi vitamin C selama 7 hari ke depan. 

Temen gw juga ada yang bilang buat ngeliat kondisi di hari ke-4. Karena gw pake AZ, disarankan juga mengawasi kondisi tubuh terutama hari ke-8 sampai hari ke-20. AZ yang punya kasus pembekuan darah jadi lebih diawasi aja dan harus sensitif ke perubahan yang ada dalam tubuh. 

Suntik kedua gw nanti di bulan Agustus. Jarak AZ lama juga ya sampai hampir 3 bulan itu. Lalu gw mampir minimarket beli jajanan dan roti karena gw belum sarapan. Setelahnya gw diem, mikir, "Gw udah vaksin. Baru setengah tapi gw udah vaksin." Pengen nangis hey rasanya! SAKING BAHAGIANYA!!

Bebarengan dengan antrian tadi, beberapa orang WA mereka kaget karena gw vaksin. "Kok berani sih vaksin? Kan banyak yang mati! Temenku demam sampai seminggu, tetanggaku lumpuh! Katanya ada efek sampingnya" AK ELAHHH makanya sebelum vaksin itu harus tau kondisi tubuh gimana, harus dalam kondisi sehat & fit. Jangan sampai ada penyakit bawaan yang bisa jadi terpantik karena kandungan bahan vaksin. 

Sebaiknya sebelum vaksin periksa dulu ke dokter. Kalau ada penyakit, harus periksa dulu. Kalau dokter sudah oke, barulah petugas berani suntik vaksin. Tentu saja gw berharap gw nggak akan ada efek apapun setelah vaksin. Semoga nggak ada efek samping serius. Temen gw di Singapura ada yang vaksin kedua langsung masuk UGD karena ternyata, ga ada angin ga ada hujan, dia alergi sama bahan vaksinnya. Alergi dengan bahan vaksinnya.

Kejadian tak terelakkan itu juga sudah di luar kendali kita. 

Tentunya, dengan vaksin ini BUKAN BERARTI kita NGGAK akan kena covid. Tolong dicatat ya. Gw kira ini udah materi umum yang semua orang wajib tahu karena vaksin toh kita juga dapet dari bayi kan? Tapi ternyata masih ada yang beranggapan males vaksin karena vaksin nggak vaksin juga masih bisa kena 😓 Nggak gitu cara mainnya hey Madona. 

Kalau kita vaksin, kemungkinan kena penyakitnya ya masih ada. Tapi diharapkan, memiliki kemungkinan kecil untuk menjadi parah. Gejalanya diharapkan akan lebih ringan. Seenggaknya, kalau situ vaksin sedangkan yang satunya nggak vaksin, dan ternyata sama-sama kena covid barengan, peluang kamu yang vaksin untuk sampai makai alat bantu oksigen itu kecil. 

Perlu dicatat ya, kalau semuanya juga tergantung dengan imunitas tubuh kita masing-masing. Satu kasus tentunya tidak sama dengan kasus lainnya. 

Lalu ada kasus yang udah vaksin lengkap ternyata malah meninggal karena covid? Ya tetep ada kasus seperti itu. Tapi kenapa bisa meninggal? Bisa saja ada faktor penyakit bawaan yang nggak disadari. Bisa saja waktu vaksin dalam kondisi tidak fit. Banyak faktor lainnya. Tapi bukan berarti harus takut lalu memutuskan untuk tidak vaksin. 

Soal demam, nyeri di bekas suntikan, lemes, laper berlebihan, itu sih efek normal dari semua jenis vaksin yang ada, bukan vaksin covid aja. Jangan lupa aja, kalau memang gejala berlanjut segera ke dokter. Yang penting kita tau tubuh kita kondisinya gimana, perubahan apa yang terjadi dalam tubuh sebelum dan sesudah vaksin. Tetap pantau kondisi tubuh setelah vaksin.

Btw, gw hari kedua sukses menjadi manusia gombal dan nyeri di lengan. Nggak yang luar biasa banget sakitnya, tapi lebih dari biasanya. Hari ketiga udah mulai normal lagi. 

If you have that privilege to get a vaccine, just go grab yours! I can't do this alone. Let's do this together, shall we? 😉

Comments

  1. Ya ya, pengalaman seperti ini yang saya butuhkan, karena saya agak mikir² mau vaksin sebenarnya, takut resikonya.

    Karena saya sendiri sadar gak sadar kayanya pernah kena covid19 hanya OTG dan sembuh sendiri, karena dari gejalanya covid banget.

    Kemudian ada masalah nyeri² dada yang ditakutkan itu jantung. Saya takut covid yg dl pernah sempet kena sbg OTG membangkitkan masalah di jantung. Nanti malah mati sebelum waktunya hahaha

    Emang urusan mati, urusan Yang Kuasa, kita hanya bisa mempersiapkan saat kematian itu tiba. Bukan begitu ... 😂😇

    ReplyDelete
    Replies
    1. kabarnya kalau udah pernah covid, 3 bulan setelahnya boleh vaksin. tapi kayaknya harus nanya petugas juga sih. Aturannya ganti2 juga sih. Karena ini juga vaksin baru juga jadi pastikan aja nggak ada penyakit bawaan pas screening sebelum suntik. Kalau emang bener-bener takut, bisa aja check up dulu ke dokter dan pastiin dokternya bilang ok baru bisa berangkat vaksin. intinya emang kitanya harus terbuka soal apa yang kita rasain atau derita, biar ga salah sasaran juga.

      Vaksin aja, biar cepet2 musnah si virus ini.

      Delete
  2. Pakai vaksin AZ berarti nggak masalah ya MBak Prisca? Temen2 guru disini yang udah senior udah pada vaksin duluan kebagiannya Sinovac.. ini tinggal yang semi bapak-bapak sama semi ibu-ibu nunggu giliran vaksin, dan kayaknya kebagiannya vaksin AZ.. jujur aja lumayan was-was sih :-D

    Tapi ya mau gimana lagi, semoga nanti aman-aman aja... soalnya emang mikirnya kayaknya udah lega banget ya kalau udah vaksin ~

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gimanaaa semi bapak-bapak ibu-ibu ini 😂
      Was-was kenapa masnya? Kalau ada dan dapet jatah mending ambil aja sih. Asal kesehatannya mendukung ya. Kalau hipertensi dan punya penyakit yg ga boleh vaksin ya jangan diambil hehe.

      Ini udah hari ke-10 setelah vaksin dan so far so good. Masih tetep dipantau 10 hari lagi. Semoga badannya tahan banting. Kalau demam atau nyeri setelah vaksin malah pertanda bagus sih soalnya vaksinnya mulai bekerja di tubuh. Yang penting abis vaksin makan yang banyak aja wkwkw

      Semoga ini pertanda pandemi segera usai. Uda capek banget yaallah pandeminya kepanjangan ini 😩

      Delete

Post a Comment

Share your thoughts with me here

Popular posts from this blog

Pengalaman Bikin (Free) Schengen Visa di VFS Swiss

I know this is so normal but anyway I like to compare the experiences because people might have different cases and because I have nothing to lose so... here's my experience for applying Schengen Visa via Swiss (VFS). Kenapa nggak via Belanda? Karena rencana kita berkunjung lamanya ke Geneve - Swiss (ada urusan kerjaan suami gw) dan kami belum tau akan ke Belanda apa nggak saat itu (nggak jadi sih soalnya mepet banget).  Seperti yang sudah sering dibahas orang lain perihal syarat dan ketentuan apply Schengen visa, gw nggak akan nulis itu ya. Udah ada di website VFS, lengkap. Gw cuma tambahin dikit-dikit aja infonya yang mungkin sama seperti kasus yang baca kalo emang kebetulan sama sih 😂 "Ok jadi total pembayarannya 280 ribu rupiah ya" "HAH?? Cuma 200an mbak??? Visanya gratis???" "Suaminya masih WN Belanda kan mbak?" "Iya" "Oiya itu gratis, bisa pake visa tipe C. Jadi cuma bayar biaya admin aja" ...

Not A Robot

  There are so many things I did recently. It was all started since February. Not to complain about this, I just want to write it to release the stress. Because I know every choices has its own risks. Started from January, I commits to work on another blog of mine. Joining with another friend, we are committed to post at least one writing every week with different theme each week. This is still under construction *ahem, ini bukan bangunan* to make it good to read at. I will publish it here once it is ready to be published. We both are trying to be consistent. So far, I have been consistent and always post one every week. After decided to get married, I realize that it won't be that easy. No matter what, marrying someone never be easy. About the preparation and this and that. To be honest, I will not having a big feast for that. I will invite my close friends and family, although I still have to respect what my parents want to invite the neighbors (one block neighbors are tota...

[Book] Dunia Cecilia

'apakah kalian membicarakan hal semacam itu di surga?' 'tapi kami berusaha tidak membicarakannya dekat-dekat Tuhan. ia sangat sensitif terhadap kritik' Yap, sepenggal dialog antara Cecilia dan malaikat Ariel. Saya mengenal Jostein Gaarder sejak kuliah. Ehhhh 'mengenal' dalam artian kenal bukunya ya, kalo bisa kenal pribadi mah bisa seneng jingkrak-jingkrak hehehe. Jadi karena teman saya mendapat tugas kuliah membaca satu novel filsafat berjudul Dunia Sophie, saya jadi sedikit mengetahui si bapak Gaarder ini. Enak ya tugasnya anak sastra baca novel, tugas anak matematika ya baca sih, tapi pembuktian kalkulus -_- Dunia Cecilia ini buku pertama Jostein Gaarder yang saya baca, karena buku Dunia Shopie sangatlah berat berdasar review teman saya. Saya sih nggak perlu baca buku itu karena teman saya sudah benar-benar mahir bercerita. Jadilah saya sudah paham bener cerita Dunia Sophie tanpa membacanya. Novel ini atas rekomendasi teman saya, dia bilang kala...