Skip to main content

Book: The Midnight Library

It is one of the books that blown my mind. It's very well written and would probably relate with a lot of people who are in their journey to find themselves.  So many people are talking about it but I did not buy it until a few months ago where I read the preview on the first pages. Easy for me to see if I want to buy the book or not. When the first pages hook me right away, I don't need to think twice. This book is one of them.  This contains spoiler of course.  Nora, the main character, like many of us, fall into depression and decided to kill herself. But she's not dead right away. She went into a kind of limbo between life and death. In that library she met a librarian, this librarian is a kind of a guide. Our guide that probably tasked when we were born.    The librarian shows her lives that she could have had if she wants to. She is so depressed and thinks that no life will makes her happy enough to live it. I can totally understand her state. I was there....

Ingin Tinggal di Pedesaan

Geneva

... tapi bukan di Indonesia 😂 Gatau deh ini akhir-akhir ini aku suka banget nontonin kanal orang di youtube yang tinggal di desa, bisa self sufficient banget, tenang, damai, slow. Trus nonton Gilmore Girls, Virgin River juga. Suka aja ngeliatnya. Emang bener kehidupan di desa memang terasa berjalan lebih lambat karena nggak ada yang ngejar-ngejar. Nggak macet dan nggak sebising kota.

Sebenernya mau gw simple. Gw emang banyak maunya sih tapi ya kenapa emang? Siapa tau diaminin malaikat lho. Gw pengennya tinggal di tempat desa yang alamnya itu masih lebih banyak daripada manusianya. Tapi kalo bisa sih fasilitasnya udah lengkap termasuk fasilitas kesehatan ya, terlebih lagi soal internet! Internet cepet adalah koentji. 

Sempet lho kepikiran, "Ah gw pengen tinggal di NZ. Jumlah kambingnya aja jauh lebih banyak dari jumlah manusianya." Atau tinggal di sana tapi yang masih bisa nemu kang bakso, lontong kupang, sate, cilok, cimol, lupis, getuk lindri lewat depan rumah gitu. Ya tuhan udah minta-minta, banyak mau lagi. Yaudahlah gapapa, kali aja diaminin malaikat. Trus pengen juga punya kucing yang bisa eek di luar tapi juga bisa jadi kucing rumahan yang manja. 

Gak harus desa yang nduesoooo banget gitu enggak. Kayak mertua gw idup di kota kecil yang jalan 10 menit aja udah masuk hutan-hutan, 30 menit aja udah ke negeri tetangga, internet cepet banget, segala fasilitas ada. Gitu lho yang gw mau. Apa gw ngikut mertua aja kali ya? 😆 Jangan ding. Melanggar prinsip lol.

Delden

Dulu gw mikir gw adalah city person. Tapi akhir-akhir ini bener-bener kewalahan banget rasanya. Ya gw yakin rasa kewalahan ini nggak gw aja yang ngerasain. Ditambah lagi dengan adanya pandemi ini lho yang bikin lelah makin berkepanjangan. Kerjaan semuanya dikerjain dari layar komputer, mata makin lebih cepet sepetnya, leher rasanya tegang kaku. Enak sih, enak banget. Privilege banget bisa kerja dari depan layar, dimana aja. Tapi nggak bisa seenaknya keluar rumah. Kalau keluar juga masih was-was juga. Rasanya kangen ketemu orang random untuk sekadar chit chat bertukar kabar, ngobrolin anjing liar, cuaca yang panasnya nggak ketulungan yang diikuti dengan rekomendasi minuman seger yang bisa didapat. 

I know we have our own battles in life. Gw cuma manusia biasa yang hobi ngeluh dan banyak mau aja 😂

Ah udah ah. Jangan lupa guys, masih pakai masker ya dan VAKSIN lah kalau dapat kesempatan! Jangan kasih kendoorr!!! 

Have a good one and stay safe, people! 💚 

Comments

  1. Mungkin jenuh dengan rutinitas sehari-hari di kota jadinya pengin hidup di pedesaan. :)

    Sama dengan orang desa, pengin juga liburan ke kota, soalnya di desa sepi, cuma bunyi jangkrik doang kalo malam krik krik krik...😂😂😃

    ReplyDelete
    Replies
    1. HAHAHAHAH bener banget. Kita memang cenderun menginginkan yang kita ga punya ya hahaha

      Delete

Post a Comment

Share your thoughts with me here

Popular posts from this blog

Pengalaman Bikin (Free) Schengen Visa di VFS Swiss

I know this is so normal but anyway I like to compare the experiences because people might have different cases and because I have nothing to lose so... here's my experience for applying Schengen Visa via Swiss (VFS). Kenapa nggak via Belanda? Karena rencana kita berkunjung lamanya ke Geneve - Swiss (ada urusan kerjaan suami gw) dan kami belum tau akan ke Belanda apa nggak saat itu (nggak jadi sih soalnya mepet banget).  Seperti yang sudah sering dibahas orang lain perihal syarat dan ketentuan apply Schengen visa, gw nggak akan nulis itu ya. Udah ada di website VFS, lengkap. Gw cuma tambahin dikit-dikit aja infonya yang mungkin sama seperti kasus yang baca kalo emang kebetulan sama sih 😂 "Ok jadi total pembayarannya 280 ribu rupiah ya" "HAH?? Cuma 200an mbak??? Visanya gratis???" "Suaminya masih WN Belanda kan mbak?" "Iya" "Oiya itu gratis, bisa pake visa tipe C. Jadi cuma bayar biaya admin aja" ...

Not A Robot

  There are so many things I did recently. It was all started since February. Not to complain about this, I just want to write it to release the stress. Because I know every choices has its own risks. Started from January, I commits to work on another blog of mine. Joining with another friend, we are committed to post at least one writing every week with different theme each week. This is still under construction *ahem, ini bukan bangunan* to make it good to read at. I will publish it here once it is ready to be published. We both are trying to be consistent. So far, I have been consistent and always post one every week. After decided to get married, I realize that it won't be that easy. No matter what, marrying someone never be easy. About the preparation and this and that. To be honest, I will not having a big feast for that. I will invite my close friends and family, although I still have to respect what my parents want to invite the neighbors (one block neighbors are tota...

[Book] Dunia Cecilia

'apakah kalian membicarakan hal semacam itu di surga?' 'tapi kami berusaha tidak membicarakannya dekat-dekat Tuhan. ia sangat sensitif terhadap kritik' Yap, sepenggal dialog antara Cecilia dan malaikat Ariel. Saya mengenal Jostein Gaarder sejak kuliah. Ehhhh 'mengenal' dalam artian kenal bukunya ya, kalo bisa kenal pribadi mah bisa seneng jingkrak-jingkrak hehehe. Jadi karena teman saya mendapat tugas kuliah membaca satu novel filsafat berjudul Dunia Sophie, saya jadi sedikit mengetahui si bapak Gaarder ini. Enak ya tugasnya anak sastra baca novel, tugas anak matematika ya baca sih, tapi pembuktian kalkulus -_- Dunia Cecilia ini buku pertama Jostein Gaarder yang saya baca, karena buku Dunia Shopie sangatlah berat berdasar review teman saya. Saya sih nggak perlu baca buku itu karena teman saya sudah benar-benar mahir bercerita. Jadilah saya sudah paham bener cerita Dunia Sophie tanpa membacanya. Novel ini atas rekomendasi teman saya, dia bilang kala...