Skip to main content

Write Down Your Dreams, They Said.

Moscow Yes, all things I have and I do right now is all the things that I have written down on papers, during my sleeps, in my consciousness, in my visions. So let's do that again here.  I have another dream that I really think of. It's the thing I want to do when I have so much money, or enough money, or when money doesn't matter anymore, or who knows!  I wanna build a school for kids who can't afford to go to school. I want them to pay nothing, and I want them to learn the basic things like how to respect others, how to tell people their ideas/opinions, familiarize them with being kind, how to think logically, how to solve problems, etc. All the basic survival things in life.  I think my passion is always in education, but I don't always like to follow the old-school rules. There are so many important things we don't learn at school that I think should be taught there. Once we graduate from school, we usually don't know how to navigate life. Who taught you...

Melihat dari Kacamata yang Berbeda


Dua minggu gw di Jawa. Rencana awal hanya pulang karena sepupu menikah, tapi ternyata diperpanjang sampai 2 minggu gegara tiket penerbangan yang tiba-tiba 2,5 juta dan 7 juta lol. 

Gw pakai kesempatan ini untuk ketemu temen-temen gw. Temen deket gw yang udah lama banget nggak ketemu. Tadinya sih nggak mau woro-woro agar ku tak perlu banyak keluar rumah dan yaa gw nggak suka juga terlalu banyak keluar rumah. Panas banget hey, jalanan padat pula. Paling juga keluar karena gw pengen makan makanan yang gw nggak bisa dapet di Bali. 


Tapi, ketemu temen-temen deket gw bener-bener hal yang bikin melek pikiran. Banyak banget perubahan mereka, menjadi pribadi yang lebih hebat dan gw terpesona dengan perkembangan mental mereka. Kita banyak cerita soal kehidupan dan lain sebagainya. Kesemuanya merupakan hal-hal yang pantas dibicarakan untuk dipetik pelajarannya. Hebatnya lagi, mereka nggak menggurui sama sekali. Bangga banget gw, beruntung karena lingkaran pertemanan gw yang sehat dan tidak penuh racun.


Tibalah kita semua dengan obrolan personal kita dengan orang tua ataupun orang-orang yang satu generasi dengan orang tua kita. Bisa gw bilang, orang tua gw bukan orang tua yang banyak menuntut. Mereka lepaskan gw dengan harapan gw bisa mencari penghidupan gw sendiri, jalan hidup gw sendiri dan juga kebahagiaan gw sendiri. Bukan tipe orang tua yang “kamu jadi dokter aja biar mama papa bangga”. Thank god. 


Gw bisa tau Bahwa usia 30an mulai masuk ke prahara dengan orang tua yang bisa jadi tidak sejalan karena mereka yang mulai menua dan perlu “perhatian lebih” sedangkan kita berada di titik sibuk-sibuknya dengan kehidupan kita. Ntah dari sisi karir maupun sisi lainnya. Bisa jadi cara mereka menunjukkan bahwa mereka ingin diperhatikan dengan cara yang kurang cocok dengan kita. Jadinya tengkar terus.


Tangan anak temen gw, baru pertama kali ketemu dia udah genggam tangan gw begini.


Satu sisi kita ingin kebebasan menentukan cara hidup kita sendiri, di sisi lain kita juga berusaha agar tidak terlalu “menjauh” dari orang tua. Hingga tiba pada satu kesimpulan yang “Ya sudah, mereka sedang memahami permasalahan dari sudut pandang mereka, kita pun begitu. Bagi kita memang baiknya A, tapi bagi mereka C. Selagi kita bisa coba berkompromi dengan B tanpa menyakiti prinsip kita ya sudah lebih baik kita lakukan saja agar tidak terlalu menyakiti hati mereka”


Bagi gw, itu merupakan hal yang luar biasa. Dulunya gw nggak akan mau menurunkan ego untuk orang lain, tapi makin tua gw makin mikir “Iya, selagi bisa nggak bikin prahara dan nggak menyakiti prinsip hidup kita yasudahlah.” Bisa jadi yang kita lakukan hanyalah permainan bahasa saja, tapi kembali lagi ke tujuan awal, selagi nggak menyakiti banyak pihak ya sudah. Malas menginisiasi keributan juga. Selama nggak melukai prinsip hidup gw, nggak membawa keburukan dan nggak bikin gw mengorbankan kehidupan gw ya sudah.


Makin lama makin belajar soal melihat persoalan dari kacamata yang mana. Bisa jadi kacamata gw nggak cocok dipakai untuk setiap persoalan yang ada. Ya gw berdamai aja dengan keadaan. Nggak memaksa juga. Toh, benar maupun salah adalah hal yang relatif. Nggak ada yang benar-benar betul dan nggak ada yang benar-benar salah. Bisa jadi kami semua menginginkan hal yang sama namun beda cara penyampaian atau sudut pandang. 


Apa yang kita lihat dengan kacamata kita belum tentu sama dengan apa yang mereka lihat dengan kacamata mereka. 

Comments

Popular posts from this blog

Write Down Your Dreams, They Said.

Moscow Yes, all things I have and I do right now is all the things that I have written down on papers, during my sleeps, in my consciousness, in my visions. So let's do that again here.  I have another dream that I really think of. It's the thing I want to do when I have so much money, or enough money, or when money doesn't matter anymore, or who knows!  I wanna build a school for kids who can't afford to go to school. I want them to pay nothing, and I want them to learn the basic things like how to respect others, how to tell people their ideas/opinions, familiarize them with being kind, how to think logically, how to solve problems, etc. All the basic survival things in life.  I think my passion is always in education, but I don't always like to follow the old-school rules. There are so many important things we don't learn at school that I think should be taught there. Once we graduate from school, we usually don't know how to navigate life. Who taught you...

Jumat ceria

Hari ini memang bukan hari jumat, tapi cuman mau bilang aja sih kalo hari yang paling aku tunggu-tunggu itu hari jumat. Why?   Karena jumat itu selalu ceria, kalopun ada meeting besar pasti di hari jumat dan banyak cemilan, orang-orang pada berangkat sholat jumat, yang nasrani juga mengikuti misa di kantor, bisa pake baju bebas dan bebas berekspresi sepuas-puasnya, dan..... bisa video call sepuasnyaaaaaa kapanpun karena dia libur kerja 😍😍 gambarnya lucu 😁  taken from internet

Dapet Visa UAE (Dubai) Gampang Banget

Dubai creek Beberapa waktu yang lalu, kita pusing berat karena H dapet libur kali ini cuman 10 hari. 10 hari dari yang biasanya 14 hari. Akhrinya diputuskan untuk tetap mengambil libur tapi nggak ke Indonesia.  Ternyata, beberapa hari kemudian, dia bilang, kalau liburnya malah jadi 7-8 hari aja. Mau ga mau saya yang harus kesana. Maksudnya terbang mendekatinya. Udah milih-milih negara mana yang harganya rasional, yang ga banyak makan waktu buat terbangnya H, dan tentunya ga ribet urus visa buat pemegang paspor hijau yang ga sesakti paspornya H.  Btw warna paspor Indonesia jadi biru ya sekarang?? Pilihan jatuh ke Dubai. Pemegang paspor hijau harus bikin visa, ya pusing lagi deh cara bikin visa Dubai nih gimana. Apa iya sesusah bikin visa schengen, visa US, visa lainnya. dari persyaratan sih standar ya, termasuk  record  bank account selama 3 bulan. Emang nggak pernah bikin visa Dubai sebelumnya ya, apalagi H yang paspornya super sakti kemana-mana (hampir) ga perlu vis...