Skip to main content

Book: The Midnight Library

It is one of the books that blown my mind. It's very well written and would probably relate with a lot of people who are in their journey to find themselves.  So many people are talking about it but I did not buy it until a few months ago where I read the preview on the first pages. Easy for me to see if I want to buy the book or not. When the first pages hook me right away, I don't need to think twice. This book is one of them.  This contains spoiler of course.  Nora, the main character, like many of us, fall into depression and decided to kill herself. But she's not dead right away. She went into a kind of limbo between life and death. In that library she met a librarian, this librarian is a kind of a guide. Our guide that probably tasked when we were born.    The librarian shows her lives that she could have had if she wants to. She is so depressed and thinks that no life will makes her happy enough to live it. I can totally understand her state. I was there....

BUKU

Ganesha - Ubud. Toko buku favorit, sering jual buku antik.

Benda yang gw sayang banget yaa buku-buku gw. Gw mau minjemin buku gw, tapi kalau buku gw diminta orang... hmmm... nggak dulu deh ya. Kalau minjemin pun pasti mikir-mikir dulu, orangnya bertanggungjawab apa nggak hehehee.

Dari kecil, orangtua gw selalu minta untuk berhemat ya karena kita memang dari keluarga yang biasa saja. Uang jajan gw biasanya setengah dari uang jajan temen-temen gw. Bukannya mereka pelit, ya emang dibiasain hidup gak foya-foya aja. Lagian juga gw nggak punya alasan kan, karena belum punya duit sendiri haha! 

Tapi kalau soal buku, nggak usah ditanya. Semahal apapun pasti dibeliin kalo emang perlu. Royal banget kalo soalan buku. Karena prinsip mereka, "Orangtua kamu ini nggak kaya, nggak mampu ngasih kamu duit banyak. Tapi kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk memberi kamu pendidikan terbaik yang kamu bisa dapatkan. Buku salah satunya. Jadi nggak boleh pelit."

Betul, nilai kehidupan tersebut didapatkan dari kakek gw yang punya anak 8 orang (atau 7, gw sendiri lupa). Beliau pernah bilang ke gw, "Mbah ini nggak kaya, mbah cuma mampu ngasih anak pendidikan buat bekal mereka cari uang sendiri nanti. Kalau mbah kasih uang, pasti bakal habis. Tapi kalau dikasih pendidikan, uang bakal ngikut mereka."

Di titik kehidupan gw, dengan tingkat kedewasaan gw yang belum matang, gw bersyukur banget terlahir di keluarga yang memegang prinsip bahwa pendidikan adalah hal yang paling utama. Jadi gw terbiasa banget tumbuh bareng buku. 

Karena tumbuh dengan buku yang harganya tidak murah bagi pasar Indonesia, akhirnya gw selalu sayangi buku gw. Pasti gw rawat buku gw. Ya kalau perkara warna buku berubah sih nggak terhindarkan ya. Tapi gw nggak pernah terlantarin buku gw. 

Kebetulan juga suami gw ini tukang beli dan baca buku. Kalau gw sempet jadi pembaca rutin sampai pernah berhenti membaca selama bertahun-tahun dan berubah hobi jadi tukang beli buku. Tapi sejak 2021 September gw ngerasain joy membaca buku yang sempat hilang. Suami gw, saking banyaknya bukunya, bener-bener BUANYAK banget bukunya, sekarang tiap habis beli - baca - tinggal. Tinggal dalam artian, di mana dia selesai membaca buku itu, ya buku itu akan ditinggal di tempat itu. Kan gw nggak gitu ya! Sayang banget harga buku tuh mahal bagi gw. Itu anggap aja sebesar 2-5% dari pendapatan bulanan. Sedangkan bagi suami gw, tiap beli buku hanya mengeluarkan 0.2% saja dari pendapatannya. KAN BEDA BANGET! 

Kemarin gw baca Percy Jackson habis dalam waktu 5 hari. Gw minta series keduanya. Pertanyaan suami gw, "Yaudah tinggal aja di sini, koper juga udah nggak muat dimasukin buku." Ya allah sayang banget, ini bisa jadi koleksi lho 😂 Jadi sekarang tiap gw liat buku bagusnya dia, pasti gw minta kalau dia udah selesai baca. Tentu saja biar gw tumpuk di rumah 😂

Ngomong-ngomong soal buku, gw sekarang baca buku diselang-seling satu fiksi satu non-fiksi dalam waktu bersamaan atau setiap habis baca satu fiksi, besoknya ke non-fiksi. Otak gw jadi lebih seger. Akhir-akhir ini banyak banget bacaan bagus buat gw yang menurut gw orang harus baca sih. Gw kasih rekomendasinya dikit-dikit ya, siapa tahu tertarik. 


The Things You Can See Only When You Slow Down - Haemin Sunim. Buku ini soal kita yang melulu "sibuk" tapi nggak pernah mikirin esensi kehidupan ini apa sih. Buku ini cocok buat yang lagi mengalami banyak pertanyaan dalam hidup. Coba dipahami, hidup ini lebih dari sekadar punya rumah, mobil mewah, status dan jabatan. It's deeper than that. 

Dunia Sophie - Jostein Gaarder. Gw penyuka tulisan Gaarder. Buku ini gw beli tahun 2016, tau buku ini dari sobat gw anak sastra yang dapat PR baca buku ini. Lama banget karena temen gw bilang kalau buku ini "berat" (literally - metaphorically). Ya memang nggak ringan, tapi ya nggak yang berat banget sampai nggak bisa ngabisin gitu. Selesai baca 3 mingguan. Isinya tentang filsafat kehidupan dari jaman Romawi kuno sampai yang terbaru di dunia kita.


Brief Answers to the Big Questions - Stephen Hawking. Ini buku wajib banget dibaca semua orang agar kita mencoba mengulik hal yang paling remeh dalam hidup, bisa menjadi hal paling dalam yang harus dijawab. Nggak kok, beliau nggak ngajarin buat jadi ateis. Beliau memang atheis, tapi tulisan dan otaknya sungguh brilian sekali. Kita beruntung memilikinya sebagai salah satu ilmuwan. 

The School of Life - Alain de Botton. Ini tentang yaaa... kehidupan. Mengenal diri sendiri, mengendalikan emosi diri, ego diri, melihat semua hal dari perspektif yang lain. BAGUS. Seperti tuntunan hidup.


The Alchemist - Paulo Choelho. This is my favorite ever! Karena gw ngerasain apa yang dia tulis. 

Loving the Wounded Soul - Regis Machdy. Cerita tentang Regis yang mengalami depresi tahunan. Gw nyelesein buku ini dalam waktu 3 hari. Kalau dirapel sih bisa cuma 4 jam kelar. Karena gw ngalamin apa yang ditulis Regis. Masa-masa krisis, depresif, meskipun nggak separah Regis tapi gw tahu gimana perasaan itu. Kebetulan gw udah mulai menuju ke arah yang lebih baik, secara mental. Makanya gw bisa baca cepet. Temen gw yang lagi mengalami masa ini, dia baca udah berbulan-bulan karena keadaan mentalnya sedang tidak baik-baik saja, mengerti apa yang dialami Regis dan akhirnya belum mampu menyelesaikannya. Karena memang berat buku ini. Menurut gw, ini buku wajib dibaca semua orang agar kita semua bisa berdamai dengan luka dari masa lalu yang mempengaruhi kehidupan sekarang. 

Yaudah itu aja dulu. Kalau fiksi mah, tergantung selera masing-masing ya. Kasih tahu dong buku rekomendasi kalian apa. Kali aja sesuai selera baca gw 😍


Comments

  1. Bacaannya berat2 banget ya Mbak , kalo saya malah bacaannya kebanyakan muter2 di genre horror sama komedi 😁

    Btw, saya juga tipe yang sayang banget sama buku, bahkan kalo lagi niat komik yang volumenya banyak itu saya plastikin lagi jadi satu biar lebih terawat dan aman dari debu, dulu juga suka nyampulin novel pake sampul bening. Tapi sekarang karena kebanyakan beli buku udah nggak sanggup lagi 😄

    Berarti Mbak Prisca ini koleksi bukunya pasti luar biasa ya 😄, apalagi walaupun harganya mahal nggak gentar kalau buat buku, ditambah suami juga hobi baca, ah surga banget 😄

    ReplyDelete
    Replies
    1. HAHA nggak juga mas. Kalau fiksi kan relatif yaa suka nggaknya, kalo non-fiksi kayaknya lebih bisa terukur deh. Mungkin ya wkwkw

      Rekomendasiin bacaan humor dong mas. Udah lama nih gak baca yg konyol2. Aku suka baca yg begituan juga, soalnya cepet banget sejam dua jam kelar dan bahagia ngakak trus. Eh yg horor deh sekalian. Terakhir baca yg horor kayaknya pas SMA deh.

      Tapi emang nyampulin buku, kek melindunginya dari debu dan jamur tuh nyenengin banget ya. Apalagi pas liat tumpukan rapi gitu, rasanya kayak pencapaian aja. Ku juga rajin nyampulin buku. Paling suka sih nyobek plastik buku baru. Tapi males nyampah plastik abisnya wkwk

      Koleksi bukunya suamiku sendiri udah bisa buat perpus. Sayang ada di negaranya sana, kalo di drop kesini semua bisa-bisa bayar pajak masuknya lebih gede dari ongkirnya hahaha!

      Delete

Post a Comment

Share your thoughts with me here

Popular posts from this blog

Pengalaman Bikin (Free) Schengen Visa di VFS Swiss

I know this is so normal but anyway I like to compare the experiences because people might have different cases and because I have nothing to lose so... here's my experience for applying Schengen Visa via Swiss (VFS). Kenapa nggak via Belanda? Karena rencana kita berkunjung lamanya ke Geneve - Swiss (ada urusan kerjaan suami gw) dan kami belum tau akan ke Belanda apa nggak saat itu (nggak jadi sih soalnya mepet banget).  Seperti yang sudah sering dibahas orang lain perihal syarat dan ketentuan apply Schengen visa, gw nggak akan nulis itu ya. Udah ada di website VFS, lengkap. Gw cuma tambahin dikit-dikit aja infonya yang mungkin sama seperti kasus yang baca kalo emang kebetulan sama sih 😂 "Ok jadi total pembayarannya 280 ribu rupiah ya" "HAH?? Cuma 200an mbak??? Visanya gratis???" "Suaminya masih WN Belanda kan mbak?" "Iya" "Oiya itu gratis, bisa pake visa tipe C. Jadi cuma bayar biaya admin aja" ...

Not A Robot

  There are so many things I did recently. It was all started since February. Not to complain about this, I just want to write it to release the stress. Because I know every choices has its own risks. Started from January, I commits to work on another blog of mine. Joining with another friend, we are committed to post at least one writing every week with different theme each week. This is still under construction *ahem, ini bukan bangunan* to make it good to read at. I will publish it here once it is ready to be published. We both are trying to be consistent. So far, I have been consistent and always post one every week. After decided to get married, I realize that it won't be that easy. No matter what, marrying someone never be easy. About the preparation and this and that. To be honest, I will not having a big feast for that. I will invite my close friends and family, although I still have to respect what my parents want to invite the neighbors (one block neighbors are tota...

[Book] Dunia Cecilia

'apakah kalian membicarakan hal semacam itu di surga?' 'tapi kami berusaha tidak membicarakannya dekat-dekat Tuhan. ia sangat sensitif terhadap kritik' Yap, sepenggal dialog antara Cecilia dan malaikat Ariel. Saya mengenal Jostein Gaarder sejak kuliah. Ehhhh 'mengenal' dalam artian kenal bukunya ya, kalo bisa kenal pribadi mah bisa seneng jingkrak-jingkrak hehehe. Jadi karena teman saya mendapat tugas kuliah membaca satu novel filsafat berjudul Dunia Sophie, saya jadi sedikit mengetahui si bapak Gaarder ini. Enak ya tugasnya anak sastra baca novel, tugas anak matematika ya baca sih, tapi pembuktian kalkulus -_- Dunia Cecilia ini buku pertama Jostein Gaarder yang saya baca, karena buku Dunia Shopie sangatlah berat berdasar review teman saya. Saya sih nggak perlu baca buku itu karena teman saya sudah benar-benar mahir bercerita. Jadilah saya sudah paham bener cerita Dunia Sophie tanpa membacanya. Novel ini atas rekomendasi teman saya, dia bilang kala...